Melarikan Diri dari Kebisingan Dunia: Wisata JOMO untuk Jiwa yang Tenang dan Bahagia

Wisata Jomo di Gunung Bromo
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang penuh distraksi digital, banyak orang merasa kelelahan dengan tekanan sosial dan tuntutan hidup yang terus meningkat. Fenomena ini mendorong munculnya konsep Joy of Missing Out (JOMO), sebuah filosofi yang menekankan kebahagiaan dalam menikmati momen tanpa rasa takut ketinggalan (Fear of Missing Out atau FOMO). Dalam konteks pariwisata, konsep ini diterapkan dalam wellness tourism, di mana wisatawan mencari pengalaman yang memberikan ketenangan, keseimbangan, dan kebahagiaan sejati.

Seneca: Kerajaan yang Berdiri di Atas Ketidakadilan Tidak Akan Pernah Bertahan Lama

Wisata JOMO: Tren Baru dalam Pariwisata

Wisata JOMO adalah konsep perjalanan yang mengutamakan kesederhanaan, refleksi diri, serta koneksi yang lebih mendalam dengan alam dan budaya lokal. Tidak seperti wisata konvensional yang berfokus pada eksplorasi atraksi populer dan dokumentasi pengalaman untuk media sosial, wisata JOMO justru mendorong pelancong untuk benar-benar hadir di setiap momen perjalanan mereka.

Seneca: Tak Ada yang Lebih Mulia daripada Hati yang Penuh Rasa Syukur

Menurut para pakar pariwisata, tren ini semakin berkembang karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Banyak wisatawan memilih untuk mengunjungi destinasi yang jauh dari keramaian, seperti pegunungan, pantai tersembunyi, atau tempat-tempat meditasi yang menawarkan ketenangan sejati.

Stoikisme dan JOMO: Filosofi yang Sejalan

Seneca: Kebaikan untuk Orang Lain Adalah Kebaikan untuk Diri Sendiri

Stoikisme, filosofi kuno yang mengajarkan ketenangan batin dan pengendalian diri, memiliki banyak kesamaan dengan konsep JOMO. Kaum Stoik percaya bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari pencapaian materi atau pengakuan sosial, melainkan dari ketenangan pikiran dan kemampuan menerima keadaan apa adanya. Prinsip ini selaras dengan wisata JOMO, di mana seseorang menikmati perjalanan bukan untuk pamer, tetapi untuk mendapatkan makna yang lebih dalam dari pengalaman yang dijalani.

Seorang wisatawan yang mengadopsi prinsip Stoikisme dalam perjalanannya akan lebih fokus pada pengalaman dan pelajaran yang didapat dari perjalanan tersebut. Mereka tidak terburu-buru mengunjungi semua tempat wisata, tetapi memilih untuk benar-benar menyerap keindahan dan kedamaian dari lingkungan sekitar.

Halaman Selanjutnya
img_title