Memahami Garebeg Mulud: Tradisi Penuh Makna Budaya yang Menghubungkan Kawula Ngayogyakarta

Gunungan dan Tradisi Grebeg Maulid
Sumber :
  • budaya.jogjaprov.go.id

Yogyakarta, WISATA - Sehari sebelum berlangsungnya Garebeg Mulud, suasana di Yogyakarta berubah menjadi lebih ramai dan penuh semangat. Orang-orang dari berbagai daerah, terutama dari tlatah Mataraman Ngayogyakarta, berdatangan sejak sore hingga malam. Mereka datang tidak hanya untuk menyaksikan tradisi agung ini tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap Kraton Yogyakarta yang mereka akui sebagai pusat budaya dan spiritual.

Arkeolog Temukan Rute Transportasi Tersembunyi Charles XII di Swedia

Pisowanan Budaya yang Mengakar

Tradisi Garebeg Mulud bukan sekadar perayaan, melainkan pisowanan budaya yang berlangsung secara sukarela. Meski kini banyak masyarakat yang tinggal di luar wilayah administratif Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mereka tetap setia kembali setiap tahunnya. Mereka datang dari Magelang, Temanggung, Wonosobo, Sragen, hingga Ngawi, dengan harapan bisa merasakan atmosfer budaya dan spiritual yang melekat di Kraton Yogyakarta.

Gubernur Terpilih Khofifah Indar Parawansa Dorong Sawo Tanah Merah Jadi Ikon Potensi Lokal Jawa Timur

Di masa lalu, kedatangan mereka terasa lebih tradisional. Gerobak sapi dan andong menjadi alat transportasi yang diparkir di sekitar kawasan Kraton. Kini, pemandangan itu berganti dengan deretan kendaraan modern berplat nomor dari berbagai daerah, tetapi semangat dan tujuan mereka tetap sama: menyambut Garebeg Mulud dan meresapi nilai-nilai tradisinya.

Gamelan Sekaten dan Keistimewaan Gunungan

Dunia di Kaki Alexander Agung: Bagaimana Ia Membangun Kekaisaran yang Tak Terkalahkan?

Salah satu momen paling ditunggu adalah detik-detik terakhir gamelan Sekaten dipukul, menandai berakhirnya rangkaian ritual. Banyak yang menyempatkan diri mendengarkan suara gending Sekaten atau menikmati Pasar Malam yang digelar di sekitar alun-alun.

Gunungan, simbol utama dalam Garebeg Mulud, menjadi daya tarik yang tak tergantikan. Gunungan ini bukan sekadar susunan makanan dan hasil bumi, tetapi simbol keberkahan dan kemakmuran yang dibagikan kepada masyarakat. Arus budaya Garebeg pun menarik; berbeda dari upacara adat lainnya seperti Labuhan yang bergerak dari pusat ke pinggiran, Garebeg justru menarik masyarakat dari pinggiran untuk datang ke pusat kerajaan.

Halaman Selanjutnya
img_title