Ketika JOMO Bertemu Stoikisme dan Etnaprana: Panduan Hidup di Tengah Dunia Serba Cepat
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang semakin cepat dan penuh dengan tekanan, banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas yang tiada akhir, terobsesi dengan dunia digital, dan terpinggirkan dari waktu berkualitas untuk diri sendiri. Di tengah kegilaan ini, muncul konsep-konsep yang menawarkan kedamaian dan kebijaksanaan, salah satunya adalah JOMO (Joy of Missing Out), yang mengajak kita untuk menikmati kebahagiaan dengan memutuskan untuk tidak mengikuti segala hiruk pikuk dunia. Konsep ini, ketika dipadukan dengan Stoikisme dan Etnaprana, memberikan kita sebuah panduan hidup yang seimbang dan penuh makna. Artikel ini akan mengulas bagaimana ketiganya dapat saling melengkapi untuk mencapai kehidupan yang lebih tenang di tengah dunia yang serba cepat.
JOMO: Menemukan Kesenangan dalam Kehilangan
JOMO atau Joy of Missing Out adalah filosofi yang mulai berkembang seiring dengan kepopuleran FOMO (Fear of Missing Out), yang menggambarkan kecemasan orang-orang yang merasa harus selalu terhubung dengan segala informasi dan kegiatan terkini. Berbeda dengan FOMO, JOMO mengajak kita untuk menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam mengikuti setiap tren atau memaksakan diri untuk selalu terhubung.
JOMO mengajarkan kita untuk merasa bebas dengan memilih untuk tidak terlibat dalam keramaian dan lebih fokus pada momen yang benar-benar penting dalam hidup, seperti berkumpul dengan keluarga, menikmati waktu sendiri, atau menjelajahi alam. Praktik ini bukan hanya sekadar mematikan notifikasi atau menjauh dari media sosial, tetapi lebih kepada menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan menikmati kebahagiaan yang sederhana.
Stoikisme: Ketenangan Melalui Pengendalian Diri
Filosofi Stoikisme, yang diajarkan oleh para filsuf Yunani kuno seperti Zeno dan Seneca, memiliki prinsip dasar untuk membedakan hal-hal yang bisa kita kontrol dan yang tidak. Stoikisme mengajarkan pentingnya hidup sesuai dengan alam, menerima segala hal yang terjadi dengan lapang dada, dan mengutamakan pengendalian diri.
Salah satu ajaran utama Stoikisme adalah menerima bahwa kita tidak dapat mengontrol banyak hal dalam hidup, seperti opini orang lain atau peristiwa tak terduga. Oleh karena itu, kebahagiaan sejati berasal dari pengendalian diri dan sikap kita terhadap peristiwa tersebut. Dalam dunia yang serba cepat, prinsip Stoikisme sangat relevan untuk mengatasi stres dan kecemasan, karena kita dapat memilih untuk fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, sambil melepaskan kekhawatiran akan hal-hal di luar kemampuan kita.