Stoikisme: Filsafat Kuno yang Menginspirasi Kehidupan Modern

Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image creator Bing/ Handoko

Manusia adalah makhluk bernalar, yang mendapatkan nalar dari Yang Ilahi. Dengan nalar tersebut, manusia menjadi elemen penting dalam menyelenggarakan keteraturan dunia. Namun, manusia bukan satu-satunya elemen; ia hanya salah satu bagian dari semesta. Eksistensi manusia selalu terkait dengan eksistensi pihak lain, sehingga merusak tatanan semesta berarti merusak atau mengancam eksistensi manusia itu sendiri.

Menerima Kefanaan Hidup: Marcus Aurelius dan Pelajaran dari Hukum Alam

Seorang Bijaksana Harus Sadar Akan Keteraturan Dunia

Seorang bijaksana harus menyadari bahwa ia adalah bagian dari rangkaian tak terpisahkan dari keteraturan dunia. Manusia setara posisinya dengan ciptaan lain, dan kepentingan dirinya harus terintegrasi dengan kepentingan orang atau pihak lain. Kesadaran ini mengajarkan manusia untuk hidup dengan penuh tanggung jawab dan saling menghormati.

Kunci Hidup Bahagia Menurut Seneca: Menguasai Diri Lebih Penting daripada Mengendalikan Orang Lain

Tindakan Selaras dengan Kebaikan (Katonik)

Jika seseorang bertindak selaras (katonik) sebagai tindakan yang sejati, ia akan merasa bahagia, merdeka, dan hidup dalam harmoni yang sempurna. Tindakan katonik adalah tindakan yang tepat dan sesuai dengan kebajikan, yang memastikan bahwa setiap langkah yang diambil adalah bagian dari tatanan rasional alam semesta.

JOMO: Tren Wisata Baru Bagi Pengikut Filsafat Stoikisme, Jawaban atas Kejenuhan Sosial Masa Kini

Relevansi Stoikisme di Era Modern

Meskipun berasal dari zaman kuno, ajaran Stoik tetap relevan di era modern dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.

Halaman Selanjutnya
img_title