BULUTANGKIS: Iie Sumirat, Yuk...Kenali Salah Satu Pebulutangkis Andalan Indonesia

Iie Sumirat
Sumber :
  • FB: MEMORI ATLET & PERISTIWA OLAHRAGA ZAMAN DULU

Jakarta, WISATA – Pria ini dikenal eksentrik, saat berada di lapangan.

Pukulan-pukulannya susah ditebak dan penuh tipuan.

Namanya mulai dikenal di kancah bulu tangkis ketika dia berpasangan dengan kakaknya, Nara Sudjana dan menjuarai seleksi nasional ganda putra.

Ia pun masuk ke Pelatnas, meski lebih banyak menjadi pemain kelas dua.

Iie Sumirat, pebulu tangkis kelahiran Bandung, 15 November 1950, itu mulai mencuri perhatian ketika menjuarai tunggal putra Singapura Terbuka pada tahun 1972 dan 1973.

Ia kemudian terpilih masuk ke dalam tim Piala Thomas Indonesia pada thaun 1976, namun -lagi-lagi- lebih banyak duduk di bangku cadangan, lantaran banyaknya super bintang pada tim Indonesia saat itu.

Ketika itu, di tunggal masih bercokol Rudy Hartono, Liem Swie King dan Tjun Tjun.

Meski demikian, permainan pria bernama Iie Sumirat itu terus menanjak.

Kala itu, PBSI memiliki dua agenda penting: turnamen All England dan Invitasi Bulu Tangkis Asia di Bangkok, Thailand pada tahun 1976.

Bobot dua turnamen itu sama-sama berat, lantaran raksasa Cina juga ikut dengan kekuatan penuh ke Bangkok.

Karena belum menjadi anggota IBF (Federasi Bulu Tangkis Internasional), Cina tidak bisa ikut dalam kejuaraan yang menjadi agenda resmi IBF.

Indonesia lalu memecah tim.

Rudy Hartono, Liem Swie King dan pasangan Tjun Tjun/Johan Wahyudi bermain di All England.

Sementara Iie Sumirat, Dhany Sartika dan Christian Hadinata/Ade Chandra berlaga di Bangkok.

Iie pun lolos ke semifinal dan dikepung tiga jawara Cina: Fang Kaishang, Tang Xienhu (atau Tong Sinfu), dan Hou Jiachang.

Di semifinal Iie menang atas Tang Xienhu hingga akhirnya bertemu dengan jawara Cina, Hou Jiachang di babak final.

Saat itu, Hou dianggap setara dengan Rudy.

Di turnamen Asia yang diikuti, Hou nyaris selalu juara tetapi belum pernah bertemu Rudy.

Meski tidak diunggulkan, Iie tampil sangat mengejutkan. Kalah di gim pertama 12-15, ia membalik keadaan di gim kedua dengan 15-8.

Pertarungan sengit terjadi di gim ketiga.

Iie dengan penuh perjuangan meraih gim ketiga 18-15 dan menjadi juara.

Christian/Ade Chandra pun menjadi juara ganda.

Sementara di ajang All England, Rudy menjadi juara dengan mengalahkan rekannya Liem Swie King di final.

Setelah final, Hou yang  penasaran sempat bertanya pada Iie.

"Kamu lawan Rudy, menang siapa," tanya Hou yang fasih berbahasa Indonesia, karena pernah lama tinggal di Indonesia.

Iie pun menjawab," Saya masih jauh dibanding Rudy," ujarnya.

Mendengar jawaban itu, Hou tidak percaya.

Ajaran Socrates: Hidup yang Diuji dan Pentingnya Refleksi Diri di Tengah Kehidupan Modern

Iie Sumirat Saat Bertanding Melawa Morten Frost Hansen, 1979

Photo :
  • Tangkapan Layar YouTube: Mynah Bird

"Kalau mainmu seperti tadi, kamu tidak bakal kalah lawan Rudy," jawab Hou.

Iie lalu terpilih lagi masuk ke dalam tim Piala Thomas tahun 1979.

Tujuh pemain di Piala Thomas ini mendapat julukan 'Tujuh Sang Perkasa'.

Mereka adalah Rudy Hartono, Iie Sumirat, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata dan Ade Chandra.

Saat bertarung di semifinal melawan Jepang, Iie merasa heran karena tidak diturunkan.

Perannya sebagai tunggal, digantikan Lius Pongoh.

Barulah pada babak final melawan Denmark, Iie berlaga.

Ia membabat perjuangan Morten Frost Hansen, dengan skor 11-15, 15-9, dan 15-8.

Pertarungan sengit terjadi saat bertemu Sven Pri.

Iie menang dengan 11-15, 15-7, dan 15-10.

Permainan Iie tetap penuh tipuan.

Dalam beberapa poin menjelang akhir gim ketiga, Iie acap meloncat-loncat atau menari setiap mendapat angka.

Bahkan, ia juga melakukan gerakan-gerakan seperti senam yang mengundang tepukan penonton.

Indonesia pun mengalahkan Denmark, dengan skor 9-0.
 
Tahun 1977, Iie sempat ikut kejuaraan dunia di Denmark, namun ia kalah di semifinal dari Fleming Delf, yang kemudian menjadi juara.

(Sumber: FB: MEMORI ATLET & PERISTIWA OLAHRAGA ZAMAN DULU/Arif Supriyono)

Hidup yang Diuji ala Socrates: Relevansinya dalam Menemukan Makna Hidup di Era Modern