“Berpikir Jernih Lebih Penting daripada Reaksi Cepat” – Pelajaran Penting dari Massimo Pigliucci

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

“Berpikir jernih memungkinkan kita mengambil keputusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga etis,” kata Pigliucci dalam salah satu podcast-nya. “Dalam dunia yang serba cepat, melambat sejenak adalah bentuk perlawanan dan kebijaksanaan.”

Chrysippus: Setiap Kesulitan adalah Ujian untuk Ketangguhan Pikiran; Hadapi dengan Kepala Dingin serta Hati yang Tabah

Berhenti, Bernapas, dan Merenung

Salah satu teknik Stoik untuk menghindari reaktivitas adalah jeda mental. Sebelum menanggapi sesuatu—baik email yang membuat marah atau komentar tajam dari rekan kerja—ambil jeda sejenak. Bernapas dalam-dalam, dan tanyakan: “Apakah ini di bawah kendaliku? Apa konsekuensi dari reaksi ini? Apa respon yang selaras dengan nilai-nilaiku?”

Chrysippus: "Rasionalitas adalah Cahaya yang Menuntun Langkah Kita di Tengah Kegelapan Nafsu"

Pigliucci menyebut teknik ini sebagai “keterampilan metakognitif”—kemampuan untuk memikirkan pikiran kita sendiri. Dengan melatih ini, kita tidak hanya lebih tenang, tetapi juga lebih efektif dalam menghadapi tantangan.

Mengganti Kecepatan dengan Ketepatan

Chrysippus: "Kebahagiaan Sejati Bukan Berasal dari Apa yang Kita Miliki, Melainkan dari Cara Kita Memandangnya"

Kehidupan modern mendorong kita untuk cepat—cepat membaca, cepat membalas pesan, cepat merespon berita. Namun, seperti kata Pigliucci, kecepatan tidak selalu setara dengan kebijaksanaan. Dalam filsafat Stoik, justru kualitas keputusan—bukan kecepatannya—yang menentukan nilai moral dan keefektifan tindakan.

Dalam salah satu esainya, Pigliucci mengutip Marcus Aurelius: “Jika kamu tergesa-gesa, kamu kehilangan kendali.” Maka, berpikir jernih adalah tentang mengganti dorongan emosional dengan pertimbangan rasional yang berakar pada kebajikan.

Halaman Selanjutnya
img_title