Wajah Pemburu-Pengumpul Norwegia Berusia 4.000 Tahun Terungkap

Wajah Pria Hitra yang Direkonstruksi
Sumber :
  • NTNU University Museum/Åge Hojem

Malang, WISATA – Karena sisa-sisa kerangka dapat dianalisis sehingga mengungkap siapa dan apa individu pemilik kerangka tersebut, maka sebuah cerita panjang rangkaian kehidupan manusia, bahkan kelompok tertentu dapat diketahui. 

Analisis terhadap Rambut Beethoven Ungkap Misteri Ketulian dan Penyakit yang Dideritanya

Demikian pula penemuan kerangka manusia di pantai Barmfjorden yang diketahui lebih lanjut adalah seorang pria dan berusia 4.000 tahun yang lalu. 

Dilansir dari archaeologymag.com, pada tahun 1916, selama perbaikan jalan menuju pertanian Fausland di Pulau Hitra, pekerja konstruksi menemukan temuan tak terduga di tengah pasir dan kerikil dari garis pantai Barmfjorden, yaitu tulang manusia.

Data Genetik Tertua dari Kerabat Manusia Ditemukan pada Fosil Gigi Berusia 2 Juta Tahun

Sisa-sisa ini, milik seorang pria berusia sekitar 25 tahun, berasal dari akhir Zaman Batu, sekitar 4.000 tahun yang lalu. Permukaan laut pada saat itu jauh lebih tinggi dan lokasi penemuan terendam air sedalam 4 meter. 

Dipimpin oleh arkeolog Birgitte Skar dari Museum Universitas NTNU, para peneliti telah menganalisis sisa-sisa tersebut dengan cermat, mengungkap petunjuk tentang potensi pekerjaan individu tersebut dan dinamika masyarakat pada zamannya. Di samping tulang-tulang tersebut, ditemukan artefak termasuk belati dan pelindung lengan, yang mengisyaratkan kemungkinan bahwa pria Hitra adalah seorang pejuang. 

Pemukiman Pemburu-Pengumpul Berusia 10.500 Tahun Ditemukan di Inggris

Birgitte Skar menduga pria itu kemungkinan besar tenggelam, mengingat masih ada bagian kerangkanya yang tertutup pasir cangkang di dasar laut tak lama setelah kematiannya. Skar mengakui ketidakpastian apakah kematiannya disebabkan oleh pertempuran atau kecelakaan, tetapi ia juga mencatat masa penuh gejolak yang ia jalani.

Sebelum zaman manusia Hitra, Norwegia mengalami pergeseran dari masyarakat pemburu-pengumpul ke masyarakat agraris, khususnya di wilayah tengah, barat dan utara. Skar berspekulasi bahwa masyarakat yang bermigrasi memperkenalkan pertanian, yang berpotensi menimbulkan konflik dengan penduduk yang mencari tanah. Para pendatang baru ini membawa pengetahuan tingkat lanjut tentang peternakan dan peternakan, serta struktur masyarakat, agama dan hubungan yang berbeda dengan Eropa.

Halaman Selanjutnya
img_title