Makna Kutipan Descartes - "Aku Meragukan, Maka Aku Berpikir, Maka Aku Ada"

René Descartes:
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Rene Descartes, seorang filsuf Prancis yang hidup pada abad ke-17, merupakan salah satu tokoh utama dalam sejarah filsafat rasionalisme. Salah satu kutipan terkenalnya adalah "Dubito, ergo cogito, ergo sum" yang dalam bahasa Indonesia berarti "Aku meragukan, maka aku berpikir, maka aku ada." Kutipan ini mencerminkan pendekatan metodis Descartes terhadap pengetahuan dan eksistensi. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan makna dari kutipan ini dan dampaknya terhadap pemikiran filosofis serta relevansinya dalam konteks modern.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel: "Kebebasan Bukanlah Sebuah Keadaan, Melainkan Sebuah Proses"

Asal Mula Kutipan

Kutipan "Dubito, ergo cogito, ergo sum" berasal dari karya Descartes yang berjudul "Meditasi Pertama tentang Filsafat Pertama" (Meditations on First Philosophy) yang diterbitkan pada tahun 1641. Dalam karya ini, Descartes berusaha menemukan dasar yang tak tergoyahkan bagi semua pengetahuan. Dia memulai dengan meragukan segala sesuatu yang mungkin diragukan, termasuk keberadaan dunia luar dan bahkan tubuhnya sendiri. Proses keraguan ini adalah langkah pertama dalam metode skeptisisme radikal yang digunakan Descartes untuk menemukan kebenaran yang pasti.

Socrates vs. Kaum Sofis: Kritik Pedas dan Pengakuan Kontribusi dalam Sejarah Filsafat

Makna Filosofis

1. Keraguan sebagai Fondasi Pengetahuan

Georg Wilhelm Friedrich Hegel: "Konflik adalah Mesin Pendorong Perubahan"

Makna utama dari kutipan ini adalah bahwa keraguan adalah titik awal dari semua pengetahuan yang pasti. Descartes berpendapat bahwa dengan meragukan segala sesuatu, kita dapat mengidentifikasi apa yang benar-benar tidak dapat diragukan. Dalam hal ini, dia menemukan bahwa fakta bahwa dia meragukan berarti dia berpikir, dan karena dia berpikir, dia pasti ada. Keraguan, dalam pandangan Descartes, bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang mendorong pencarian pengetahuan yang lebih dalam.

2. Kesadaran Diri sebagai Bukti Eksistensi

Halaman Selanjutnya
img_title