Kritik Friedrich Nietzsche terhadap Konsep Kebajikan dalam "Nikomakhos Etika" Aristoteles

Friedrich Nietzsche
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang. WISATA - Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman terkenal abad ke-19, dikenal karena pandangan-pandangannya yang radikal dan sering kali kontroversial. Salah satu target kritik utamanya adalah konsep kebajikan yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam karyanya yang terkenal, "Nikomakhos Etika." Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi kritik Nietzsche terhadap pandangan Aristoteles tentang kebajikan, bagaimana Nietzsche menginterpretasikan kebajikan, dan dampak dari kritik ini terhadap pemahaman modern tentang etika.

"The Ends Justify the Means": Pro dan Kontra Pemikiran yang Menggugah dari Machiavelli

Konsep Kebajikan dalam "Nikomakhos Etika"

Aristoteles dalam "Nikomakhos Etika" mengemukakan bahwa kebajikan (arete) adalah kualitas moral yang memungkinkan seseorang untuk mencapai kehidupan yang baik (eudaimonia). Menurutnya, kebajikan terletak di antara dua ekstrem, yaitu kekurangan dan berlebihan, yang dikenal sebagai konsep Golden Mean. Misalnya, kebajikan keberanian berada di antara pengecut dan nekat. Aristoteles menekankan bahwa kebajikan adalah sesuatu yang harus dibiasakan melalui tindakan berulang-ulang dan pendidikan moral.

"Lebih Baik Ditakuti Daripada Dicintai, Jika Anda Tidak Bisa Memiliki Keduanya" Machiavelli

Kritik Friedrich Nietzsche terhadap Konsep Kebajikan Aristoteles

Nietzsche menolak pandangan Aristoteles tentang kebajikan sebagai sesuatu yang terlalu idealis dan mengikat individu dalam norma-norma yang ditentukan oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa poin utama kritik Nietzsche terhadap konsep kebajikan dalam "Nikomakhos Etika":

Inilah Perbandingan Gaya Kepemimpinan Machiavelli dan Gaya Kepemimpinan yang Ditawarkan oleh Para Filsuf Muslim

1.    Penolakan terhadap Universalitas Kebajikan Nietzsche berpendapat bahwa kebajikan tidak bisa dipandang secara universal. Menurutnya, kebajikan bersifat subjektif dan relatif, bergantung pada konteks individual dan budaya. Apa yang dianggap sebagai kebajikan dalam satu masyarakat mungkin tidak berlaku di masyarakat lain. Nietzsche menekankan bahwa kebajikan sejati harus muncul dari kekuatan dan kehendak individu, bukan dari norma-norma yang telah ditetapkan.

2.    Kritik terhadap Konsep Golden Mean Nietzsche menolak konsep Golden Mean Aristoteles sebagai bentuk penyesuaian diri yang mengorbankan keunikan dan potensi individu. Baginya, mencari keseimbangan antara ekstrem tidak selalu menghasilkan kehidupan yang bermakna. Sebaliknya, Nietzsche mendorong pencarian keunggulan (Übermensch) melalui kehendak kuat dan ekspresi diri yang autentik, yang sering kali berada di luar norma-norma konvensional.

Halaman Selanjutnya
img_title