Bau Darah di Industri Fast Fashion, Anda Mau Terus Terlibat atau Berhenti?
- Instagram/startup.pedia
Malang, WISATA – Pakaian yang Anda beli dengan harga murah melalui online shop adalah contoh dari fast fashion, yaitu pakaian yang diproduksi secara massal dengan harga terjangkau. Ciri-ciri yang lain adalah tidak tahan lama dan cepat sekali ketinggalan zaman.
Selain fast fashion mengacu pada produksi massal pakaian murah dan bergaya, fast fashion seringkali menimbulkan masalah lingkungan. Selain itu timbulnya problem tenaga kerja yang yang dibayar murah, tenaga kerja yang tidak dibayar, bahkan tenaga kerja anak-anak yang jelas-jelas pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan menghambat perkembangan anak. Inilah mengapa industri fast fashion disebut berbau darah.
Fast fashion menggambarkan pakaian murah, bergaya, diproduksi secara massal yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Pakaian ini menarik bagi pembeli karena harganya terjangkau dan trendi. Tetapi karena mereka tidak dibangun untuk bertahan dan cepat ketinggalan zaman, dan karena pemiliknya tidak menghabiskan banyak uang, pakaian ini dengan cepat dibuang, menumpuk di tempat pembuangan sampah.
Selain masalah lingkungan, pakaian fast fashion memicu banyak masalah etika. Mereka sering dibuat di sweatshop di mana pekerja yang dibayar rendah dipekerjakan selama berjam-jam dalam kondisi yang tidak aman dan terkena bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam produksi tekstil.
Dilansir dari treehugger.com, pada tahun 1960, rata-rata orang dewasa Amerika membeli kurang dari 25 item pakaian setiap tahun. Rata-rata rumah tangga Amerika menghabiskan lebih dari 10% pendapatannya untuk pakaian dan sepatu. Dan sekitar 95% pakaian yang dijual di AS juga dibuat di sana.