Bau Darah di Industri Fast Fashion, Anda Mau Terus Terlibat atau Berhenti?

Baju-baju Murah yang Menjadi Favorit Customer
Sumber :
  • Instagram/startup.pedia

Tetapi hal-hal mulai berubah di tahun 70-an. Pabrik-pabrik besar dan pabrik tekstil dibuka di Cina dan negara-negara lain di seluruh Asia dan Amerika Latin. Dengan janji tenaga kerja dan bahan murah, mereka dapat memproduksi pakaian murah secara massal dengan cepat. Pada tahun 80-an, beberapa toko ritel besar Amerika mulai melakukan outsourcing produksi.

WOLBACHIA: Penerapan Nyamuk Berwolbachia di Jakbar, Baru Tahap Penggantian Telur

Inilah yang terjadi hari ini di sini. Dengan pakaian yang begitu murah, konsumen dapat membeli lebih banyak. Seluruh industri seputar tren musiman telah tumbuh, menggantikan fokus sebelumnya pada kualitas dan daya tahan. 

Dengan rasa lapar dari konsumen untuk barang-barang baru, perusahaan mode telah beralih dari merilis pakaian secara musiman (empat kali setahun) ke model rilis yang sering, kadang-kadang menyegarkan stok mereka setiap minggu. Ini berarti setiap minggu ada barang baru, bayangkan pekerja garmen yang harus menyelesaikan jahitannya dengan deadline begitu ketat dan dijejali dengan tekanan yang tinggi untuk cepat menyelesaikan pekerjaannya. 

Ketika Dinas Kebudayaan Gunungkidul Berkolaborasi dengan Banhubda DIY, "Gelar Pesona Budaya Nusantara"

Pekerja Garment yang Mengalami Tekanan Tinggi

Photo :
  • Instagram/slowfemme

Merek fast fashion yang umum melakukan pola seperti ini antara lain termasuk Zara, H&M, Shein, UNIQLO, Gap, Primark, Victoria's Secret, Urban Outfitters, Boohoo, Pretty Little Thing, Missguided, Mango, dan TopShop. 

Pengetahuan Tanpa Etika adalah Tidak Berguna

Meskipun konsumen mungkin menikmati pakaian murah dan bergaya, fast fashion telah dikritik karena dampak lingkungan dan etikanya. Karena kita pada akhirnya lebih cenderung membuang pakaian murah dan trendi daripada pakaian yang lebih mahal dan abadi.

Halaman Selanjutnya
img_title