Cara Tim Ferriss Menata Hidup Tanpa Terjebak Rutinitas

Tim Ferriss Tokoh Stoicisme Modern
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Ia mengajak kita untuk mengaudit kegiatan harian: apa saja yang sebenarnya bisa dihilangkan tanpa memengaruhi hasil akhir? Apa saja yang bisa didelegasikan atau disederhanakan? Ketika rutinitas diisi hanya oleh aktivitas berdampak tinggi, hidup terasa lebih ringan dan bermakna.

Seneca: Filsuf Kaya Raya yang Menulis tentang Kesederhanaan, Apakah Ia Munafik?

Fokus pada Hasil, Bukan Proses yang Bertele-tele

Ferriss bukan tipe orang yang menikmati to-do list panjang. Ia lebih suka membuat “to-finish list”, yaitu daftar satu atau dua hal terpenting yang harus diselesaikan hari itu. Dengan begitu, ia tidak mudah teralihkan oleh tugas-tugas remeh yang sebenarnya bisa ditunda atau didelegasikan.

Rahasia Hidup Bahagia ala Seneca: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Surat-surat untuk Lucilius?

Ia percaya bahwa hidup bukan tentang mengerjakan banyak hal, tapi mengerjakan hal yang benar-benar penting. Dan kadang, satu keputusan strategis bisa lebih berdampak daripada sepuluh jam kerja tanpa arah yang jelas.

Eksperimen sebagai Gaya Hidup

Rahasia Sukses Naval Ravikant: Kuasai Keterampilan Langka dan Manfaatkan Teknologi untuk Kaya Raya

Ferriss menganggap hidup sebagai laboratorium. Ia tidak takut mencoba pendekatan baru, termasuk yang terlihat tidak lazim. Mulai dari pola makan, teknik tidur, pola belajar cepat, hingga membatasi akses ke email, semuanya pernah ia uji.

Hasil dari eksperimen-eksperimen ini ia tuangkan dalam bukunya Tools of Titans dan Tribe of Mentors. Ia membuktikan bahwa hidup tidak harus berjalan dengan cara konvensional. Yang penting adalah kejelasan arah, bukan kecepatan atau jumlah aktivitas.

Halaman Selanjutnya
img_title