Pelajaran Hidup dari Tim Ferriss: Fokus pada Hal yang Memberi Dampak Besar

Tim Ferriss Tokoh Stoicisme Modern
Sumber :
  • Cuplikan layar

Malang, WISATATim Ferriss dikenal luas sebagai sosok multitalenta: penulis best-seller, pengusaha sukses, dan podcaster yang karya-karyanya memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Salah satu pesan paling kuat yang terus ia gaungkan dalam berbagai kesempatan adalah prinsip hidup untuk hanya fokus pada hal-hal yang benar-benar berdampak besar. Dalam bukunya yang legendaris, The 4-Hour Workweek, Ferriss tidak hanya membongkar mitos tentang produktivitas, tetapi juga memperkenalkan cara hidup yang lebih sadar, efektif, dan penuh arah.

Pendapatan Pasif Bukan Mimpi: Naval Ravikant dan Filosofi Kerja Cerdas

Mengapa Harus Fokus pada Hal yang Berdampak?

Di dunia modern yang penuh distraksi, kita cenderung terjebak dalam aktivitas yang padat tapi minim hasil. Kita merasa sibuk setiap hari, namun saat waktu berlalu, hasilnya nyaris tak terlihat. Ferriss dengan tegas mengingatkan: “Being busy is a form of laziness—lazy thinking and indiscriminate action.”

Ryan Holiday: “Hidupmu adalah Hasil dari Keputusanmu, Bukan dari Keadaanmu”

Menurutnya, fokus yang benar bukan tentang berapa banyak yang dilakukan, melainkan seberapa besar dampaknya terhadap tujuan hidup. Oleh karena itu, Ferriss mendorong kita untuk berhenti sejenak dan meninjau ulang rutinitas sehari-hari, kemudian mengidentifikasi aktivitas yang benar-benar membawa perubahan signifikan.

Prinsip Pareto: 80% Hasil dari 20% Usaha

Marcus Aurelius: “Jangan Biarkan Kebahagiaanmu Tergantung pada Hal-Hal yang Berada di Luar Kendalimu”

Salah satu alat utama yang digunakan Ferriss dalam menyaring aktivitas berdampak adalah Prinsip Pareto atau aturan 80/20. Ia meyakini bahwa 80% hasil dalam hidup kita sering kali berasal dari hanya 20% tindakan. Tugas kita adalah mencari tahu apa 20% itu, dan mengalokasikan energi dan waktu lebih besar ke sana.

Ferriss menyarankan untuk mencatat kegiatan sehari-hari, mengamati mana yang menghasilkan keuntungan, kebahagiaan, atau pertumbuhan, dan mana yang sekadar mengisi waktu tanpa nilai nyata. Dari sanalah kita bisa membangun kebiasaan yang benar-benar produktif.

Halaman Selanjutnya
img_title