Filosofi Stoik: Solusi untuk Stres Menurut Massimo Pigliucci yang Bikin Hidup Lebih Tenang

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

Pigliucci juga menyentil budaya media sosial dan pencitraan diri yang sering menjadi pemicu stres. Dalam pandangannya, terlalu banyak orang hidup dengan mengandalkan validasi dari luar—like, komentar, atau pujian orang lain—sehingga kehilangan koneksi dengan nilai-nilai pribadi mereka. Ia mengingatkan, “Kebebasan sejati datang ketika kita berhenti bergantung pada pengakuan orang lain.” Ketika seseorang hidup berdasarkan prinsip, bukan ekspektasi sosial, ia akan merasa lebih merdeka dan tenang.

Tidak Semua Bisa Dikendalikan, Tapi Kamu Bisa Mengendalikan Dirimu

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, Pigliucci menyarankan agar kita tidak bereaksi impulsif terhadap situasi, tetapi menunda reaksi sejenak untuk berpikir. Ia menyebut, “Berpikirlah sebelum bereaksi. Itulah kekuatan manusia sejati.” Ini mungkin terdengar sederhana, tetapi dalam praktiknya sangat sulit dilakukan tanpa latihan disiplin mental yang konsisten.

Stoisisme bukanlah ajaran yang kaku atau anti-emosi. Justru sebaliknya, ajaran ini membantu kita memahami emosi secara rasional, dan tidak dikendalikan oleh perasaan yang meledak-ledak. Pigliucci menganggap emosi negatif seperti kemarahan atau ketakutan sebagai sinyal, bukan musuh. Mereka mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang perlu kita evaluasi dalam pola pikir atau harapan kita. Dengan begitu, stres yang muncul dari emosi itu bisa diurai, bukan ditekan.

Di Tengah Kekacauan, Filsafat Bisa Jadi Kompas Hidup

Sebagai penutup, Pigliucci menekankan bahwa hidup yang baik tidak diukur dari berapa sering kita tertawa, tetapi seberapa dalam kita menjalani hidup dengan makna. “Tujuan dari hidup bukan untuk bahagia setiap saat, tapi untuk hidup bermakna setiap hari,” ujarnya. Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa hidup yang bermakna—bukan bebas stres—adalah tujuan sejati manusia.

Dengan filosofi Stoik sebagai pegangan, siapa pun bisa membangun ketenangan batin, bahkan di tengah dunia yang penuh kekacauan. Massimo Pigliucci membuktikan bahwa warisan kebijaksanaan dari 2000 tahun lalu masih sangat relevan untuk zaman sekarang, dan bahkan mungkin lebih dibutuhkan dari sebelumnya

Hidup Boleh Kacau, Tapi Batin Kita Bisa Tetap Tangguh