Keteguhan Moral di Tengah Krisis: Pandangan Stoik yang Relevan Menurut Massimo Pigliucci

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

Pigliucci menyoroti pentingnya refleksi diri sebagai fondasi untuk menjaga keteguhan moral. Praktik Stoik seperti journaling (menulis refleksi harian), praemeditatio malorum (membayangkan kemungkinan terburuk), dan evaluasi malam hari, adalah latihan mental untuk memperkuat prinsip hidup seseorang.

Seneca: “Jalan Menuju Puncak Kebesaran Tidak Pernah Mudah”

“Keteguhan bukan muncul saat semuanya mudah. Keteguhan diuji saat segala hal menantang prinsip yang kita yakini,” tulis Pigliucci dalam How to Live Like a Stoic.

Refleksi harian membantu seseorang mengenali apakah tindakannya sejalan dengan nilai-nilai universal: apakah kita bertindak adil, bijaksana, dan penuh kasih, meskipun dunia tampak kejam?

Seneca: “Tarik Diri Sejenak, Temukan Kembali Kedamaian Batin”

Krisis Bukan Alasan untuk Goyah

Sejarah mencatat bahwa para filsuf Stoik kuno, seperti Epictetus dan Marcus Aurelius, justru menulis karya-karya agung mereka di masa sulit. Epictetus adalah seorang budak yang menjadi guru moral, sementara Marcus Aurelius menulis Meditations saat memimpin perang yang brutal.

Seneca: “Tak Ada Orang Bijak yang Lahir Karena Kebetulan”

Pigliucci menekankan bahwa teladan mereka menunjukkan bahwa prinsip moral tidak tergantung pada kondisi luar. Bahkan dalam krisis, seseorang masih bisa memilih untuk bersikap bijak dan berbuat adil.

“Jika kamu menyerahkan kompas moralmu kepada dunia luar, maka kamu tak akan pernah memiliki arah yang pasti,” tegasnya.

Halaman Selanjutnya
img_title