Kata Epictetus: Pendidikan Adalah Satu-Satunya Jalan Menuju Kebebasan
- apprendreavivre
Jakarta, WISATA - Di tengah dunia yang terus berubah, pendidikan menjadi lebih dari sekadar tuntutan akademis. Bagi filsuf Stoik kuno, Epictetus, pendidikan adalah jalan utama menuju kebebasan sejati. Dalam pandangannya, seseorang tidak bisa dikatakan merdeka sebelum ia mendidik dirinya sendiri—bukan hanya secara intelektual, tetapi juga secara moral dan emosional.
Epictetus bukanlah filsuf yang lahir dari keluarga bangsawan atau berpendidikan tinggi sejak kecil. Justru sebaliknya, ia adalah mantan budak yang kemudian menjadi salah satu tokoh Stoikisme paling dihormati. Maka, ketika ia berkata bahwa hanya orang terdidiklah yang benar-benar bebas, itu bukan sekadar teori—melainkan hasil perenungan dan pengalaman hidup yang mendalam.
"Hanya mereka yang terdidiklah yang benar-benar bebas." – Epictetus
Lantas, apa sebenarnya makna dari pendidikan dalam pandangan Epictetus? Dan mengapa ia begitu yakin bahwa pendidikan adalah kunci menuju kebebasan?
Pendidikan: Bukan Sekadar Pengetahuan, Tapi Transformasi Diri
Dalam Stoikisme, pendidikan tidak dipahami semata-mata sebagai proses mengumpulkan pengetahuan, gelar, atau informasi. Pendidikan sejati, menurut Epictetus, adalah proses transformasi batin, yaitu pembentukan karakter, penataan pikiran, dan pengendalian emosi.
Bagi Epictetus, orang yang belum mengerti cara mengelola pikirannya sendiri, belum mampu membedakan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak, masih hidup dalam keterikatan. Ia belum merdeka—karena ia masih dikendalikan oleh hawa nafsu, pendapat orang lain, dan ketakutan yang tidak rasional.
Pendidikan, dalam pengertian ini, adalah latihan untuk menjadi manusia yang utuh dan berdaya, yang mampu membuat keputusan berdasarkan akal sehat, bukan dorongan sesaat.
Kebebasan: Bukan Melakukan Apa yang Kita Mau, Tapi Menguasai Diri
Kebebasan sejati, menurut Epictetus, bukan berarti bebas melakukan apa saja yang kita inginkan, melainkan bebas dari dominasi emosi, hasrat, dan ketakutan. Orang yang mudah marah, tersinggung, takut kehilangan, atau tergoda untuk melakukan hal-hal yang merusak, sesungguhnya belum bebas.
“Tak ada orang bebas yang belum menguasai dirinya sendiri.” – Epictetus
Orang terdidik adalah mereka yang mampu berdiri teguh meskipun berada di tengah badai. Mereka tidak mudah diombang-ambingkan oleh opini publik, tidak gampang terprovokasi oleh hal-hal remeh, dan tidak panik saat menghadapi kegagalan.
Dengan pendidikan yang tepat, seseorang tidak hanya menjadi cerdas, tetapi juga kuat secara mental dan stabil secara emosional.
Pendidikan Adalah Proses Menjadi Manusia yang Lebih Baik
Epictetus juga mengajarkan bahwa pendidikan adalah proses berkelanjutan. Ia berkata bahwa seseorang yang merasa dirinya sudah tahu segalanya, justru belum memulai proses belajar yang sesungguhnya.
“Adalah mustahil untuk mulai belajar sesuatu yang kamu kira sudah kamu ketahui.”
Dalam hal ini, pendidikan bukan hanya milik anak muda atau mereka yang duduk di bangku sekolah atau universitas. Setiap orang, dalam setiap tahap kehidupan, punya kesempatan untuk terus belajar—baik dari buku, pengalaman, maupun dari kesalahan.
Relevansi Ajaran Epictetus di Era Digital
Di zaman modern ini, ketika akses informasi begitu mudah dan cepat, pendidikan kadang disalahartikan sebagai sekadar "tahu banyak hal." Namun, pengetahuan yang tidak dibarengi dengan kebijaksanaan justru bisa menjadi bumerang. Banyak orang pintar secara akademis, tapi tidak bijak dalam bertindak.
Di sinilah ajaran Epictetus menjadi sangat relevan. Ia mengingatkan bahwa pendidikan sejati adalah pendidikan yang memerdekakan batin, bukan sekadar mencerdaskan pikiran. Orang yang benar-benar terdidik tahu bagaimana menyaring informasi, menjaga integritas, dan tidak mudah terombang-ambing oleh tekanan sosial.
Dalam dunia media sosial yang penuh distraksi dan opini, menjadi pribadi yang berpikir jernih dan tenang adalah bentuk kebebasan yang paling langka.
Pendidikan dan Moralitas: Dua Hal yang Tak Terpisahkan
Epictetus percaya bahwa pendidikan sejati tak bisa dipisahkan dari nilai moral. Menurutnya, seseorang yang cerdas tapi tidak bermoral justru bisa menjadi ancaman. Maka, pendidikan harus diarahkan untuk membentuk pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama.
“Tuduhlah orang lain untuk kesalahanmu, itu tanda kamu belum terdidik. Tuduh dirimu sendiri, itu tanda pendidikanmu dimulai. Tidak menyalahkan siapa-siapa, itu tanda pendidikanmu telah matang.”
Dalam kutipan ini, Epictetus menekankan bahwa pendidikan adalah proses menuju kedewasaan. Orang yang masih suka menyalahkan orang lain belum benar-benar belajar. Sementara orang yang mampu mengevaluasi diri sendiri dan bertanggung jawab atas tindakannya, itulah orang yang telah merdeka secara batin.
Jalan Panjang Menuju Kebebasan
Epictetus mengingatkan kita bahwa pendidikan bukanlah tujuan akhir, tapi jalan yang harus ditempuh seumur hidup. Pendidikan bukan tentang gelar, bukan tentang status sosial, tapi tentang siapa kita menjadi setelah melewati proses belajar itu.
Kebebasan yang ia maksud bukan sesuatu yang diberikan dari luar, tapi hasil dari usaha memahami dan menguasai diri sendiri. Dan hanya mereka yang terdidik secara utuh—pikiran, emosi, dan moral—yang benar-benar bisa menikmati kebebasan sejati.
Di tengah dunia yang penuh tekanan, distraksi, dan informasi tak terbatas, ajaran Epictetus memberi kita kompas moral: jika ingin benar-benar merdeka, maka belajarlah tanpa henti, latihlah diri tanpa lelah, dan bentuklah karakter yang tangguh.
“Hanya orang yang terdidiklah yang bebas.” – Epictetus