Epictetus dan 7 Pelajaran Hidup yang Bikin Kamu Lebih Tangguh

Epictetus
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA - Di tengah tekanan hidup modern yang penuh ketidakpastian, banyak orang mulai mencari panduan hidup yang sederhana namun kuat. Salah satu yang kembali menarik perhatian publik, terutama generasi milenial dan Gen Z, adalah filsafat Stoikisme. Dan salah satu tokoh utamanya yang paling sering dikutip adalah Epictetus.

"Filsafat Tidak Dilahirkan dari Rasa Ingin Tahu, tetapi dari Rasa Cemas": Pesan Mendalam Pierre Hadot

Epictetus adalah seorang filsuf Stoik dari abad pertama yang lahir sebagai budak di Kekaisaran Romawi. Meskipun hidup dalam penderitaan, ia dikenal karena kebijaksanaan dan ketenangan batinnya. Baginya, kunci hidup bukan terletak pada hal-hal luar yang tak bisa kita kendalikan, melainkan pada bagaimana kita merespons dan mengendalikan diri sendiri.

Melalui ajaran dan kutipan-kutipan terkenalnya, Epictetus telah meninggalkan warisan pemikiran yang sangat relevan untuk kehidupan saat ini. Berikut adalah tujuh pelajaran hidup dari Epictetus yang bisa membuat kamu menjadi pribadi yang lebih tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

 
Pierre Hadot: “Filsafat adalah Pilihan Eksistensial yang Menuntut Transformasi Cara Hidup”

1. Kendalikan Apa yang Bisa Kamu Kendalikan

Some things are up to us and some things are not.
Ini adalah inti dari ajaran Stoik Epictetus. Ia menekankan bahwa hidup akan menjadi lebih tenang jika kita bisa membedakan mana yang ada dalam kendali kita dan mana yang tidak. Ujian hidup, komentar orang lain, bahkan cuaca — semuanya bukan urusan kita. Yang bisa kita kendalikan hanyalah sikap dan reaksi kita.

Socrates: “Bukan Hidup yang Penting, Tetapi Hidup yang Baik” — Makna Mendalam di Balik Hidup Manusia

Dengan memahami batas kendali ini, kita akan lebih fokus pada pengembangan diri, bukan sibuk mengeluh atau menyalahkan keadaan.

 

2. Jangan Reaktif, Latih Diri untuk Merespons dengan Bijak

Epictetus percaya bahwa pikiran pertama bukan masalah, tapi reaksi kita terhadapnya yang bisa merugikan. Ketika kita marah, cemas, atau tersinggung, sering kali itu bukan karena peristiwa itu sendiri, tetapi karena interpretasi kita.

Ia menyarankan kita untuk menunda reaksi dan memberi jeda untuk berpikir. Dalam dunia digital sekarang, di mana reaksi cepat seperti komentar dan balasan instan sering menjadi kebiasaan, ajaran ini sangat penting. Latih diri untuk bertanya, “Apakah reaksi ini membantu atau hanya memperkeruh suasana?”

 

3. Kebebasan Sejati Ada di Dalam Diri

Freedom is the only worthy goal in life. It is won by disregarding things that lie beyond our control.
Menurut Epictetus, kebebasan bukan soal bisa melakukan apa saja, tetapi tentang tidak diperbudak oleh keinginan dan emosi. Jika kamu hanya merasa bahagia saat semua berjalan sesuai keinginanmu, maka kamu belum bebas. Namun jika kamu bisa tetap tenang meski keadaan tidak ideal, maka kamu telah menemukan kebebasan batin.

Ajaran ini sangat kontras dengan budaya konsumerisme saat ini, di mana orang mencari kebahagiaan lewat belanja, popularitas, dan pengakuan. Epictetus mengajak kita untuk mencari kebebasan dari dalam, bukan dari luar.

 

4. Ujian Hidup adalah Ladang Pertumbuhan

Difficulties are things that show a person what they are.
Epictetus melihat kesulitan bukan sebagai hambatan, tapi peluang untuk menunjukkan kekuatan karakter kita. Setiap tantangan, menurutnya, adalah kesempatan untuk mengasah ketangguhan, kesabaran, dan kebijaksanaan.

Daripada mengeluh saat ditimpa masalah, Epictetus justru mendorong kita untuk bersyukur atas ujian tersebut. Karena dari sanalah kita bisa tumbuh dan belajar.

 

5. Jangan Cari Pengakuan, Tapi Kejujuran pada Diri Sendiri

Salah satu kutipan terkenalnya berbunyi:
Don’t explain your philosophy. Embody it.
Artinya, jangan hanya bicara soal nilai dan prinsip hidup — jalani dan tunjukkan lewat tindakan. Banyak orang sekarang gemar membuat citra baik di media sosial, tapi lupa menghidupi nilai-nilai itu dalam keseharian.

Epictetus mengajak kita untuk lebih peduli pada integritas daripada impresi. Lebih baik tidak dikenal tapi hidup jujur, daripada terkenal namun hidup dalam kebohongan.

 

6. Fokuslah pada Hal-Hal yang Memberi Makna

Kata Epictetus, “You become what you give your attention to.
Dalam dunia yang penuh distraksi, perhatian adalah aset yang sangat mahal. Apa yang kita pikirkan, konsumsi, dan fokuskan akan membentuk siapa kita.

Jika kamu ingin menjadi pribadi tangguh, maka berhentilah memerhatikan hal-hal yang melemahkan mentalmu. Alihkan perhatian ke hal-hal yang mendukung perkembangan: membaca buku, berlatih kesabaran, memperkuat hubungan yang sehat.

 

7. Pendidikan adalah Kebebasan yang Sesungguhnya

Only the educated are free.
Menurut Epictetus, pendidikan sejati bukan sekadar gelar atau pengetahuan, tapi pemahaman mendalam tentang hidup dan kemampuan mengendalikan diri. Orang yang terdidik tahu kapan harus bicara, kapan diam, dan bagaimana bertindak dalam situasi sulit.

Dengan pendidikan yang benar, seseorang tak mudah digoyahkan oleh emosi, tekanan, atau opini orang lain. Ia bisa tetap berdiri kokoh di tengah badai kehidupan.

 

Hidup Tangguh ala Epictetus di Era Modern

Ajaran Epictetus bukan teori tinggi yang sulit dipraktikkan. Justru sebaliknya, ia menawarkan pedoman hidup yang praktis, kuat, dan relevan hingga hari ini. Di zaman yang penuh tekanan sosial, tuntutan ekonomi, dan arus informasi tiada henti, ajaran Epictetus membantu kita untuk tetap tenang, fokus, dan tangguh.

Dengan mempraktikkan tujuh pelajaran hidup dari Epictetus di atas, kita bisa membangun karakter yang kuat dan hidup dengan lebih sadar. Kita belajar untuk tidak reaktif, tidak terjebak pencitraan, dan fokus pada hal yang benar-benar berarti.

Dan yang paling penting: kita belajar bahwa ketangguhan bukan datang dari dunia luar, tetapi dari cara kita membentuk pikiran dan hati sendiri.