Seneca: Hidup Bijaksana adalah Hidup dalam Batas Kebutuhan
- Image Creator Bing/Handoko
Hidup dalam batas kebutuhan bukan berarti menyerah pada kemiskinan, tetapi memilih untuk tidak menjadi budak keinginan. Seneca berkata, “What fortune has made yours is not your own.” Artinya, harta yang diberikan oleh nasib bisa kapan saja diambil kembali. Yang benar-benar menjadi milik kita hanyalah kebajikan dan sikap kita terhadap hidup.
Mengajarkan Nilai kepada Diri Sendiri dan Generasi Berikutnya
Seneca menyarankan agar kita hidup dengan kesadaran penuh terhadap setiap keputusan, terutama yang berkaitan dengan harta dan keinginan. Gaya hidup yang hemat dan sadar kebutuhan bukan hanya baik bagi diri sendiri, tetapi menjadi contoh berharga bagi orang lain—terutama generasi muda yang tumbuh dalam dunia yang serba instan.
Mengajarkan bahwa cukup itu lebih dari cukup adalah warisan terbaik. Karena seperti kata Seneca, “Fidelity purchased with money, money can destroy.” Apa yang dibeli dengan harta bisa dengan mudah direnggut oleh harta pula. Tetapi apa yang diperoleh melalui kebijaksanaan, akan bertahan selamanya.
Mengukur Keberhasilan dari Dalam, Bukan dari Luar
Filosofi Stoik mendorong kita untuk mengganti tolak ukur kesuksesan dari hasil eksternal ke kualitas internal. Apakah kita tenang? Apakah kita bersyukur? Apakah kita bisa hidup tanpa iri terhadap kehidupan orang lain? Inilah parameter sejati menurut Seneca.
Dalam ajarannya, ia menegaskan bahwa “Success is not greedy, as people think, but insignificant. That is why it satisfies nobody.” Pencapaian duniawi seringkali tidak memberikan kepuasan yang bertahan lama. Sementara hidup dalam batas kebutuhan akan membawa kita pada kepuasan sejati—yang muncul dari kebebasan batin.