Friedrich Nietzsche dan Kritiknya Terhadap Agama serta Moralitas: Menantang Nilai-Nilai Lama
- Image Creator Grok/Handoko
Malang, WISATA – Friedrich Nietzsche dikenal sebagai salah satu filsuf paling kontroversial dalam sejarah pemikiran Barat. Pemikirannya yang tajam dan provokatif, terutama tentang agama dan moralitas, mengguncang fondasi-fondasi keyakinan tradisional yang telah berakar selama berabad-abad. Lewat berbagai karya terkenalnya seperti Thus Spoke Zarathustra, Beyond Good and Evil, dan The Antichrist, Nietzsche melancarkan kritik mendalam terhadap institusi agama, moralitas Kristen, dan nilai-nilai yang ia anggap mengekang potensi manusia.
Dalam artikel ini, kita akan menelusuri pandangan Nietzsche mengenai agama dan moralitas, serta mengungkap pesan-pesan tersembunyi yang menjadikan pemikirannya relevan hingga hari ini.
Kritik Terhadap Agama: “Tuhan Telah Mati”
Pernyataan Nietzsche yang paling ikonik, “Tuhan telah mati,” bukanlah sekadar deklarasi ateisme, melainkan sebuah pengamatan terhadap krisis spiritual dan budaya di masyarakat Barat modern. Nietzsche melihat bahwa masyarakat Eropa kala itu telah kehilangan kepercayaan yang sejati terhadap nilai-nilai keagamaan, namun tetap bertahan dalam struktur moral dan sosial yang bersandar pada agama.
Dalam karyanya The Gay Science, Nietzsche menulis:
“Tuhan telah mati. Tuhan tetap mati. Dan kitalah yang telah membunuh-Nya.”
Ia menegaskan bahwa kejatuhan nilai-nilai religius bukan hanya tanggung jawab pemikir atau ilmuwan, melainkan hasil dari perubahan zaman dan semangat modernitas yang mencabut iman dari akar-akarnya. Tanpa “Tuhan”, masyarakat kehilangan landasan absolut dalam menentukan baik dan buruk. Ini menurutnya bukan tragedi, tetapi peluang bagi manusia untuk menciptakan nilai-nilai baru.