Ketika Kepercayaan Menjadi Tuntutan: Membongkar Makna Filosofis Friedrich Nietzsche

Friedrich Nietzsche
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Dalam hubungan pertemanan, percintaan, maupun kerja sama profesional, ekspektasi ini sering kali menjadi sumber konflik. Kita merasa “sudah terbuka,” “sudah jujur,” “sudah percaya,” lalu kecewa ketika orang lain tidak melakukan hal yang sama.

Albert Camus: Mengapa Kita Jarang Curhat pada Orang yang Lebih Baik dari Kita?

Nietzsche membongkar akar dari konflik ini: ekspektasi tersebut bukan hanya keliru, tetapi juga tidak adil. Mengapa? Karena setiap orang memiliki alasan, pengalaman, dan mekanisme pertahanan masing-masing dalam menentukan kepada siapa mereka membuka diri.

Mereka mungkin menghargai kepercayaan yang kita berikan, tetapi belum tentu siap atau merasa aman untuk membalasnya. Kepercayaan bukanlah transaksi bisnis—bukan sesuatu yang harus selalu dibayar lunas dengan cara yang sama.

Albert Camus: Pesona Adalah Seni Mendapatkan Jawaban 'Ya' Tanpa Bertanya Secara Jelas

Kepercayaan dan Psikologi Manusia

Dalam psikologi, dikenal istilah self-disclosure, yaitu tindakan membuka diri kepada orang lain. Proses ini melibatkan kerentanan. Ketika seseorang menceritakan rahasia atau trauma masa lalunya kepada kita, ia telah menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi.

Seneca: Persahabatan Sejati Tidak Mungkin Terwujud Tanpa Kepercayaan Penuh

Namun, tidak semua orang memiliki kapasitas atau kesiapan untuk membalasnya. Mungkin mereka masih belajar mengenali diri, masih terluka oleh masa lalu, atau belum cukup percaya pada lingkungan. Jika kita menuntut mereka membalas kepercayaan kita dengan segera, kita justru membebani mereka dan merusak potensi hubungan yang sehat.

Nietzsche, melalui kalimat ini, mengingatkan bahwa menjadi penerima kepercayaan adalah kehormatan, bukan kewajiban untuk membalas dengan setara.

Halaman Selanjutnya
img_title