Marcus Aurelius: Jangan Habiskan Sisa Hidupmu dengan Mengurusi Hidup Orang Lain
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Filsuf Romawi sekaligus Kaisar yang terkenal dengan keteguhan batinnya, Marcus Aurelius, kembali mengingatkan kita melalui salah satu kutipan penting dalam karya terkenalnya, Meditations:
“Jangan buang sisa hidupmu untuk berspekulasi tentang tetanggamu, kecuali jika itu bertujuan demi kebaikan bersama. Bertanya-tanya apa yang dilakukan si A dan mengapa, apa yang dikatakannya, pikirannya, atau rencananya—singkatnya, apa pun yang membuatmu terdistraksi dari kesetiaan terhadap penguasa dalam dirimu—itu berarti kehilangan kesempatan untuk melakukan tugas lain yang lebih berguna.”
Pernyataan ini terasa relevan dalam kehidupan masyarakat masa kini, di mana arus informasi begitu deras dan budaya mengamati, menghakimi, bahkan mencampuri kehidupan orang lain seakan menjadi kebiasaan harian. Kata-kata Marcus Aurelius ini menyentil sebuah kebiasaan manusia yang sudah ada sejak zaman dahulu dan kian memburuk di era digital: terlalu sibuk dengan hidup orang lain, hingga lupa pada kehidupan sendiri.
Fokus pada Diri Sendiri: Kekuatan yang Terlupakan
Filosofi Stoisisme yang dianut oleh Marcus Aurelius mengajarkan pentingnya menguasai diri sendiri dan tidak terlalu terpengaruh oleh hal-hal di luar kendali kita. Dalam hal ini, kehidupan, pikiran, atau rencana orang lain berada sepenuhnya di luar kekuasaan kita.
Menurut Aurelius, seseorang seharusnya mengarahkan perhatiannya ke dalam — kepada akal budi, kehendak, dan prinsip moral pribadi — bukan ke luar, seperti gosip atau penilaian terhadap tindakan orang lain. “Penguasa dalam dirimu” yang dimaksud adalah rasio atau akal sehat yang memandu tindakan bijaksana.
Dengan terlalu sering memperhatikan kehidupan orang lain, kita kehilangan fokus untuk berkembang secara pribadi. Kita menjadi pengamat pasif kehidupan orang lain, alih-alih menjadi pelaku aktif dalam kehidupan kita sendiri.
Fenomena Modern: Gosip Digital dan Budaya Membandingkan
Dalam konteks kehidupan modern, kutipan ini menjadi refleksi tajam terhadap budaya media sosial. Di Instagram, Twitter, TikTok, atau platform lainnya, kita disuguhkan potongan kehidupan orang lain setiap hari. Bukan hanya melihat, banyak dari kita juga mulai membandingkan, menilai, atau bahkan ikut menghakimi tanpa dasar jelas.
Hal ini menimbulkan efek psikologis negatif: kecemasan sosial, rasa tidak puas terhadap diri sendiri, serta ilusi bahwa orang lain selalu lebih bahagia atau sukses. Marcus Aurelius dengan bijak mengingatkan: semua ini adalah gangguan yang mengalihkan kita dari menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran.
Kebaikan Bersama sebagai Satu-satunya Alasan untuk Peduli
Namun, Aurelius tidak menyarankan untuk sepenuhnya mengabaikan orang lain. Ia menyatakan bahwa perhatian terhadap sesama tetap diperbolehkan — bahkan penting — asalkan ditujukan demi kebaikan bersama. Misalnya, membantu teman keluar dari kebiasaan buruk, mendengarkan dengan empati, atau memberikan nasihat yang membangun.
Kuncinya adalah niat dan tujuan. Jika perhatian terhadap orang lain muncul karena kasih sayang, kepedulian, atau rasa tanggung jawab sosial, maka itu sesuai dengan prinsip Stoik. Namun, jika hanya untuk memuaskan rasa penasaran atau keinginan membandingkan, itu justru merugikan diri sendiri.
Hidup Terbatas, Waktu Tak Bisa Diulang
Pesan utama dari kutipan ini adalah urgensi akan waktu. Kita tidak tahu berapa lama lagi kita hidup, maka seharusnya setiap waktu yang kita miliki digunakan dengan bijak. Mengurusi hidup orang lain tanpa tujuan yang bermakna adalah pemborosan waktu yang tak akan pernah kembali.
Sebaliknya, fokus pada pengembangan diri — memperkuat karakter, memperdalam pengetahuan, memperbaiki hubungan, dan memberi kontribusi nyata — adalah cara terbaik menghargai hidup.
Marcus Aurelius mengajak kita untuk hidup lebih sadar, tidak reaktif, dan tidak mudah teralihkan. Di tengah dunia yang terus-menerus menggoda kita untuk mencampuri kehidupan orang lain, kita ditantang untuk tetap setia pada suara hati dan akal sehat dalam diri sendiri.
Seperti kata Aurelius: jangan biarkan dirimu kehilangan kesempatan berharga untuk menjalani kehidupan yang bermakna hanya karena sibuk memperhatikan hal-hal di luar kendali. Gunakan waktumu untuk hal yang membangun, bukan untuk berspekulasi tanpa arah.
Dukung gerakan membangun kehidupan dan masyarakat yang lebih baik melalui teknologi dan inovasi! Hadiri Indonesia Technology and Innovation (INTI) 2024, pameran B2B teknologi terbesar di Indonesia yang mempertemukan inovator, pemimpin industri, akademisi, dan pemerintah untuk masa depan Indonesia yang lebih cerdas dan inklusif!