Marcus Aurelius: “Bagi yang bijak, hidup adalah masalah; bagi yang bodoh, solusi”
- Cuplikan layar
Pandangan Marcus sangat relevan di era digital ini. Banyak orang mencari solusi cepat atas hidup mereka melalui video motivasi singkat, kutipan media sosial, atau “life hack” yang viral. Bukan berarti semua itu tidak bermanfaat, tapi bila kita percaya bahwa hidup bisa diselesaikan hanya dengan tips-tips singkat, kita mungkin sedang jatuh dalam jebakan “solusi” palsu.
Sikap bijak justru menuntut kita untuk menanyakan lebih banyak pertanyaan, bukan merasa sudah punya semua jawaban. Orang bijak bersedia menghadapi ketidakpastian, terus belajar, mengakui bahwa mereka belum tahu, dan terbuka terhadap sudut pandang baru.
Hidup sebagai Proses Pembelajaran
Marcus Aurelius sendiri adalah teladan dari hal ini. Sebagai kaisar, ia punya kekuasaan besar, namun ia tetap rendah hati dan memandang hidup sebagai serangkaian pelajaran. Ia tidak pernah berhenti merenung dan menulis catatan pribadi yang kini dikenal sebagai Meditations — buku filsafat yang paling banyak dibaca di dunia hingga saat ini.
Dalam catatannya, ia terus mempertanyakan motif, tindakan, dan perasaan dirinya sendiri. Ia tahu bahwa menjadi bijak bukan soal tahu segalanya, tapi terus mengolah diri.
Belajar Menjadi Bijak
Kutipan ini juga mengajak kita untuk menjauhi sikap merasa paling benar. Kita tidak perlu menjadi filsuf untuk menjalani hidup dengan cara bijak. Cukup dengan bersedia bertanya: Mengapa saya berpikir seperti ini? Apakah saya melihat seluruh gambaran? Apakah ada hal yang belum saya pahami?