Zeno dari Citium: Mengikuti Takdir dengan Bijaksana
- Image Creator Bing/Handoko
“When a dog is tied to a cart, if it wants to follow, it is pulled and follows, making its spontaneous act coincide with necessity. But if the dog does not follow, it will be compelled in any case. So it is with men too: even if they don't want to, they will be compelled to follow what is destined.”
— Zeno dari Citium
Jakarta, WISATA – Dalam salah satu perumpamaan paling terkenal dalam filsafat Stoik, Zeno dari Citium menggambarkan hubungan manusia dengan takdir melalui analogi seekor anjing yang diikat pada kereta. Anjing tersebut dapat memilih untuk berjalan seiring dengan kereta atau menolak dan diseret secara paksa. Begitu pula dengan manusia: kita dapat memilih untuk menerima takdir dengan lapang dada atau menolaknya dan mengalami penderitaan.
Makna Perumpamaan Anjing dan Kereta
Perumpamaan ini menyoroti konsep Stoik tentang takdir (fatum) dan kebebasan kehendak. Menurut Zeno, alam semesta diatur oleh logos, yaitu prinsip rasional yang mengatur segala sesuatu. Manusia, sebagai bagian dari alam, tidak dapat menghindari takdir yang telah ditetapkan. Namun, kita memiliki kebebasan untuk memilih sikap kita terhadap takdir tersebut.
Jika kita menerima takdir dengan bijaksana, kita akan hidup selaras dengan alam dan mencapai kedamaian batin. Sebaliknya, jika kita menolak dan melawan takdir, kita akan mengalami penderitaan yang tidak perlu.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan cepat, ajaran Zeno ini tetap relevan. Kita sering dihadapkan pada situasi di luar kendali kita, seperti kehilangan pekerjaan, penyakit, atau bencana alam. Dengan memahami dan menerima bahwa beberapa hal berada di luar kendali kita, kita dapat mengurangi penderitaan dan fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, seperti sikap dan tindakan kita.