Epictetus: "Kamu Menjadi Apa yang Kamu Perhatikan"
- apprendreavivre
“You become what you give your attention to.”
—Epictetus
Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang penuh dengan distraksi, notifikasi, dan hiruk pikuk informasi digital, nasihat dari filsuf Stoik Epictetus ini semakin relevan. Dengan kata-kata yang sederhana namun mendalam, Epictetus mengingatkan kita bahwa fokus kita menentukan siapa diri kita.
Perhatian adalah mata uang paling berharga di abad ke-21. Kita bisa memilih untuk membelanjakannya pada hal-hal yang membangun diri atau justru menghabiskannya pada hal-hal yang melemahkan karakter dan menjauhkan kita dari nilai-nilai utama kehidupan.
Fokus Menentukan Identitas
Apa yang kita pikirkan, baca, lihat, dan dengar setiap hari bukan hanya mengisi waktu kita, tetapi secara perlahan membentuk pola pikir, kebiasaan, dan bahkan moralitas kita. Jika kita terus-menerus mengarahkan perhatian pada hal-hal negatif—seperti gosip, kemarahan, iri hati, atau konsumsi media berlebihan—maka hal-hal itulah yang akan membentuk siapa kita sebenarnya.
Sebaliknya, jika kita memilih untuk memberi perhatian pada hal-hal yang mendidik, menenangkan, membangun karakter, dan memperluas wawasan, maka kita sedang menanam benih untuk menjadi pribadi yang kuat, bijak, dan tangguh secara mental.
Dunia Luar Tidak Bisa Dikendalikan, Tapi Fokus Bisa
Stoikisme menekankan bahwa kita tidak bisa mengendalikan dunia luar, tetapi kita selalu bisa mengendalikan cara kita meresponsnya. Salah satu cara untuk menjaga respons yang sehat adalah dengan menyaring apa yang kita izinkan masuk ke dalam pikiran.
Menghabiskan waktu untuk merenung, membaca buku berkualitas, berbicara dengan orang-orang bijak, atau sekadar menyendiri dalam keheningan adalah bentuk perhatian yang sehat. Ini adalah latihan harian untuk menjaga kemurnian pikiran dan memperkuat identitas diri.
Kontrol Perhatian = Kontrol Hidup
Bayangkan jika kita memperlakukan perhatian seperti kita memperlakukan keuangan. Kita akan mencatat ke mana ia "dibelanjakan", mengevaluasi pengeluaran yang tidak produktif, dan mengalokasikan lebih banyak ke hal-hal yang memberi "keuntungan" jangka panjang.
Mengapa tidak menerapkan pendekatan yang sama terhadap perhatian kita? Berapa banyak waktu kita habiskan untuk mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi? Berapa banyak energi yang terkuras karena terjebak dalam drama yang bukan urusan kita? Semua itu membuat kita menjadi seseorang yang pasif, reaktif, dan kehilangan arah.
Namun ketika kita mulai memilih dengan sadar—menyisihkan waktu untuk refleksi, belajar, dan bertumbuh—kita mulai menjadi pribadi yang dirancang oleh kehendak, bukan oleh kebetulan.
Menjadi Diri Sendiri Lewat Perhatian
Epictetus tidak sedang menggurui, melainkan menawarkan jalan keluar. Ia tahu bahwa manusia tidak bisa lepas dari pikiran. Maka daripada membiarkannya liar dan tidak terarah, lebih baik kita menjinakkannya lewat fokus yang sehat.
Dengan memberi perhatian pada hal-hal yang sejati dan bernilai, kita sedang menciptakan diri yang lebih kuat, lebih sadar, dan lebih bijak. Kita menjadi seperti hal-hal yang kita beri perhatian.
Penutup: Arahkan Fokusmu, Bentuk Dirimu
Epictetus mengingatkan kita bahwa perhatian bukan sekadar tindakan mental, tetapi sebuah keputusan eksistensial. Apa yang kita perhatikan hari ini akan menentukan siapa kita besok. Maka berhati-hatilah, karena di situlah identitas kita sedang dibentuk—perlahan, tapi pasti.