Kebahagiaan Adalah Keyakinan: Pesan Abadi Marcus Aurelius tentang Cara Pandang Diri Sendiri”
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA — Di tengah gelombang arus modern yang terus mendorong pencapaian lahiriah sebagai tolok ukur kebahagiaan, filosofi kuno kembali mengingatkan kita bahwa makna sejati kebahagiaan bukanlah tentang apa yang kita miliki, melainkan tentang bagaimana kita memandang diri sendiri. Marcus Aurelius, kaisar Romawi sekaligus filsuf Stoik, menyampaikan pesan mendalam dalam salah satu catatan terkenalnya:
“No man is happy who does not think himself so.”
(Tiada seorang pun yang bahagia jika ia tidak menganggap dirinya bahagia.)
Kutipan ini tampak sederhana, tetapi menyimpan kebenaran mendalam yang relevan hingga hari ini. Aurelius, yang menjalani hidup penuh tanggung jawab di tengah tantangan dan peperangan, memahami bahwa kebahagiaan tidak berasal dari kondisi eksternal, tetapi dari persepsi internal.
Kebahagiaan dan Persepsi Diri
Pesan Marcus Aurelius sejalan dengan temuan psikologi modern: kebahagiaan adalah konstruksi kognitif. Artinya, seseorang bisa memiliki segalanya—harta, kekuasaan, ketenaran—tetapi tetap merasa tidak bahagia karena persepsi terhadap dirinya sendiri tidak positif.
Di sisi lain, banyak orang yang hidup dengan sederhana, jauh dari sorotan, tetapi merasa damai dan utuh karena mereka menganggap hidup mereka cukup dan layak dijalani dengan penuh syukur. Mereka merasa bahagia karena mereka berpikir demikian, bukan karena dunia luar memberi label “bahagia” kepada mereka.
Fenomena ini disebut juga sebagai kebahagiaan subjektif (subjective well-being), yaitu bagaimana seseorang menilai dan merasakan hidupnya sendiri, terlepas dari penilaian orang lain.