Jules Evans: “Kita Belajar Mengendalikan Diri Bukan untuk Mengekang Hidup, Tetapi untuk Membebaskannya”
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Dalam lanskap kehidupan modern yang serba cepat dan penuh godaan, filsuf kontemporer Jules Evans menawarkan perspektif tajam mengenai makna pengendalian diri. Melalui kutipan reflektifnya, ia menyatakan: “Kita belajar mengendalikan diri bukan untuk mengekang hidup, tetapi untuk membebaskannya.” Pernyataan ini bukan sekadar wacana moral, melainkan seruan untuk merebut kembali kendali atas hidup yang sering kali ditentukan oleh impuls dan distraksi.
Evans, penulis buku terkenal Philosophy for Life and Other Dangerous Situations, telah memperkenalkan kembali ajaran Stoikisme dan filsafat kuno lainnya sebagai pedoman praktis dalam menghadapi tekanan zaman modern. Dalam pandangannya, pengendalian diri bukan berarti menekan hasrat, melainkan mengenali mana yang benar-benar penting dan mengarahkan energi hidup ke arah yang bernilai.
Kebebasan Sejati Datang dari Disiplin Diri
Banyak orang mengartikan kebebasan sebagai kemampuan untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Namun bagi Evans, pandangan tersebut justru bisa menjadi jebakan. “Kebebasan tanpa arah akan membawa kita ke kekacauan. Justru dengan batas yang sadar, kita bisa menciptakan kehidupan yang otentik dan bermakna,” ujarnya dalam salah satu esainya.
Dengan mengendalikan impuls—baik dalam bentuk konsumsi berlebihan, pelarian digital, atau amarah yang meledak-ledak—kita menciptakan ruang untuk pertumbuhan sejati. Pengendalian diri, dalam hal ini, adalah alat untuk menciptakan harmoni antara keinginan, tindakan, dan nilai.
Bukti Ilmiah: Disiplin Diri Kunci Keberhasilan dan Kesehatan Mental
Penelitian dari American Psychological Association menyatakan bahwa individu dengan tingkat pengendalian diri tinggi cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik, hubungan interpersonal yang lebih sehat, serta prestasi akademik dan profesional yang lebih tinggi. Bahkan, pengendalian diri yang baik berkorelasi positif dengan tingkat kebahagiaan dan rasa puas terhadap hidup.