Marcus Aurelius: "Lakukan yang Benar, Selebihnya Tidak Penting" — Panduan Filsafat Stoik untuk Hidup Bermakna

Marcus Aurelius Tokoh Stoic
Sumber :
  • Traderu

Jakarta, WISATA — Di tengah derasnya arus informasi, opini publik yang memecah belah, serta tekanan sosial yang tak henti-hentinya, sebuah kutipan sederhana dari Marcus Aurelius—kaisar Romawi sekaligus filsuf Stoik besar—menggema lebih kuat dari sebelumnya: “Just that you do the right thing. The rest doesn’t matter.” Dalam Bahasa Indonesia: “Lakukan saja yang benar. Selebihnya tidak penting.”

Seneca: Kematian Adalah Keinginan, Kelegaan, dan Akhir dari Segalanya

Kutipan ini bukan sekadar petuah klasik. Ini adalah prinsip dasar dari ajaran Stoikisme yang tetap relevan di abad ke-21: bahwa kebaikan sejati tidak diukur dari hasil, pengakuan, atau respons orang lain, melainkan dari keteguhan kita untuk melakukan hal yang benar—apapun risikonya.

Dalam artikel ini, kita akan mengurai makna filsafati dari kalimat Marcus Aurelius, relevansinya dengan dunia modern, serta bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan ketenangan, makna, dan integritas diri.

“Jangan Biarkan Kesan Pertama Menjatuhkanmu” – Pelajaran Epictetus Tentang Penilaian yang Bijak

Fokus pada Tindakan, Bukan Hasil

Ajaran Stoik mengajarkan bahwa kita tidak memiliki kendali atas hasil akhir dari tindakan kita, tetapi kita memiliki kendali penuh atas niat dan usaha. Bagi Marcus Aurelius, satu-satunya yang penting adalah melakukan hal yang benar—tidak peduli apakah orang akan menghargainya, mencemoohnya, atau bahkan mengabaikannya.

“Kebebasan adalah Hak untuk Hidup Seperti yang Kita Kehendaki” – Pelajaran Abadi dari Epictetus

Kebenaran yang dia maksud bukanlah sesuatu yang relatif atau bisa dinegosiasikan, melainkan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai kebajikan: keadilan, keberanian, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.

Dalam dunia modern, banyak dari kita terdorong untuk bertindak berdasarkan ekspektasi sosial, tekanan ekonomi, atau keinginan untuk diakui. Kita lupa bahwa integritas jauh lebih penting daripada pujian, dan bahwa hasil bukanlah ukuran utama keberhasilan moral.

Contoh Kasus Kehidupan Sehari-hari

Bayangkan seorang jurnalis yang menolak menyebarkan berita palsu meskipun tekanan dari pemilik media sangat besar. Atau seorang karyawan yang tetap jujur dalam laporan keuangan meski rekan-rekannya memanipulasi angka demi bonus besar. Dalam konteks sosial, seorang remaja yang memilih tidak ikut dalam perundungan teman sekelasnya, meskipun ia jadi minoritas.

Dalam ketiga kasus itu, pelaku memilih untuk melakukan hal yang benar. Hasil akhirnya bisa saja tidak memuaskan—mereka bisa dipecat, diasingkan, atau bahkan dicemooh. Tapi menurut Marcus Aurelius, itu tidak penting. Yang penting adalah mereka bertindak sesuai nurani dan nilai kebaikan.

Mengapa "Sisa" Tidak Penting?

Dengan mengatakan “the rest doesn’t matter”, Marcus tidak bermaksud bahwa segala sesuatu di luar diri kita tidak berarti. Sebaliknya, ia menegaskan bahwa segala hal yang berada di luar kendali kita—opini orang lain, hasil akhir, ketenaran, atau bahkan kegagalan—bukanlah dasar untuk menentukan nilai moral dari tindakan kita.

Kita terlalu sering hidup untuk validasi: jumlah suka di media sosial, pujian dari atasan, atau status sosial yang tersemat di depan nama kita. Padahal, semua itu bisa berubah dalam sekejap, dan sering kali tidak mencerminkan kualitas sejati dari karakter kita.

Filsuf Stoik lainnya, Epictetus, pernah berkata, “Jangan biarkan kemajuanmu tergantung pada opini orang lain.” Marcus Aurelius memperkuat ajaran ini: bahwa fokus kita harus pada hal yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan tindakan kita sendiri.

Mengapa Ini Relevan Sekarang?

Di era digital ini, kita menghadapi tekanan yang luar biasa untuk tampil sempurna, mengatakan hal yang “aman”, dan menyesuaikan diri dengan tren populer, seringkali dengan mengorbankan nilai pribadi. Budaya viral, cancel culture, dan fear of missing out (FOMO) telah menciptakan atmosfer di mana banyak orang takut melakukan hal yang benar jika itu bertentangan dengan arus utama.

Namun, jika kita hidup dengan prinsip Marcus Aurelius, kita akan memiliki keteguhan hati untuk tetap bersikap adil meski tidak populer, bersikap jujur meski tidak menguntungkan, dan bersikap sopan meski tidak dibalas.

Itulah kekuatan dari "do the right thing, the rest doesn’t matter".

Panduan Praktis: Menerapkan Ajaran Marcus Aurelius

1.     Refleksi Harian
Luangkan waktu setiap malam untuk meninjau tindakan kita hari itu. Apakah kita telah bertindak berdasarkan nilai atau demi validasi?

2.     Uji Niat Sebelum Bertindak
Tanyakan pada diri sendiri sebelum melakukan sesuatu: apakah ini benar, atau hanya ingin terlihat benar?

3.     Terima Ketidakpopuleran
Jika tindakan kita tidak populer namun benar, latih diri untuk tidak gentar. Popularitas bersifat sementara, nilai bersifat abadi.

4.     Kurangi Ketergantungan pada Hasil
Belajar untuk mencintai proses dan integritas dalam tindakan, bukan hanya mengejar hasil akhir.

5.     Bangun Karakter, Bukan Citra
Jadilah seseorang yang lebih mementingkan menjadi orang baik daripada sekadar terlihat baik.

Kutipan Lain yang Mendukung

Marcus Aurelius konsisten dengan ajaran ini dalam banyak tulisannya. Dalam Meditations, ia juga berkata:

  • “Waste no more time arguing what a good man should be. Be one.”
  • “If it is not right, do not do it; if it is not true, do not say it.”

Semua itu memperkuat prinsip bahwa hidup bermakna tidak dibangun oleh opini orang lain, melainkan oleh pilihan kita sendiri untuk tetap berada di jalur kebaikan.

Pilihan yang Menyelamatkan Jiwa

Mungkin sulit untuk konsisten melakukan hal yang benar di dunia yang sering kali menghargai kepura-puraan. Namun seperti yang diajarkan Marcus Aurelius, jika kita ingin hidup damai, penuh makna, dan bebas dari kecemasan sosial, satu-satunya jalan adalah melakukan yang benar—tanpa peduli seberapa banyak orang melihat, menghargai, atau setuju.

Karena pada akhirnya, integritas bukan soal siapa yang melihat, tetapi soal siapa kita ketika tidak ada yang melihat.