Membaca Dialog-Dialog Plato: Antara Konsistensi Pemikiran dan Pergeseran Pandangan Filosofis

Plato Fisuf Yunani Kuno
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA – Membaca karya-karya Plato bukan sekadar menikmati dialog antara tokoh-tokoh filosofis dalam latar yang khas Yunani Kuno. Lebih dari itu, membaca Plato mengharuskan pembaca untuk terlibat dalam penelusuran yang mendalam terhadap konsistensi dan kemungkinan perubahan dalam gagasan-gagasannya dari satu karya ke karya lainnya. Dalam hal ini, pemahaman bahwa setiap dialog Plato bisa saling merujuk dan membangun fondasi bagi pembacaan yang lain menjadi kunci untuk memahami keseluruhan filsafat Plato secara lebih utuh.

Zeno dari Citium: Semesta yang Hidup dan Bijaksana

Namun, pendekatan ini tidak berarti bahwa Plato tidak pernah berubah pikiran. Justru, salah satu tantangan terbesar dalam menafsirkan pemikiran Plato adalah menentukan sejauh mana ia memodifikasi atau bahkan menolak pemikiran yang sebelumnya ia atau tokoh-tokohnya dukung. Misalnya, apakah kritik terhadap teori bentuk (forms) dalam dialog Parmenides menunjukkan bahwa Plato tidak lagi meyakini gagasan tersebut? Ataukah justru kritik itu merupakan upaya untuk menyempurnakan dan memperdalam teori yang telah ia kembangkan dalam karya-karya sebelumnya seperti Phaedo dan Republic?

Dalam Parmenides, sang tokoh utama bukanlah Socrates, melainkan Parmenides, filsuf pra-Sokratik dari Elea. Di sini, Plato menggambarkan Socrates sebagai sosok muda yang menjanjikan namun masih perlu banyak belajar. Parmenides dengan tajam mengkritik gagasan mengenai bentuk atau bentuk-bentuk ideal. Namun menariknya, setelah melakukan kritik, Parmenides justru beralih ke diskusi mengenai konsep “kesatuan” atau “oneness” yang sangat kompleks dan penuh kontradiksi. Pertanyaannya kemudian muncul: apakah diskusi ini merupakan respons filosofis terhadap kelemahan teori bentuk yang sebelumnya dikritik?

Zeno dari Citium: Keadilan Tidak Mengenal Perbudakan

Sebagian penafsir berpendapat demikian. Bahwa dalam Parmenides, Plato sedang menguji daya tahan teorinya sendiri terhadap kritik dan pada saat yang sama membangun kerangka konseptual baru yang memungkinkan bentuk-bentuk tetap dipertahankan, namun dengan pemahaman yang lebih matang. Tetapi, ada pula yang melihat bahwa dialog ini memperlihatkan titik balik dalam pemikiran Plato—bahwa ia mulai meninggalkan gagasan lama dan mencari arah baru dalam metafisika.

Kesulitan dalam membaca perubahan pemikiran Plato muncul karena ia tidak pernah secara eksplisit berkata, “di sini saya mengubah pandangan saya.” Yang bisa dilakukan pembaca adalah memperhatikan inkonsistensi dan koherensi antar dialog. Jika tokoh-tokoh seperti Timaeus, pengunjung dari Elea dalam Sophist dan Statesman, serta Socrates dalam Phaedo berbicara mengenai bentuk dengan cara yang seragam, maka penjelasan paling masuk akal adalah bahwa Plato memang masih mendukung teori tersebut. Namun bila ditemukan pertentangan antara cara pandang tokoh-tokoh tersebut, maka sangat mungkin Plato telah mengubah pikirannya.

Jules Evans: "Hidup yang Tidak Direfleksikan adalah Hidup yang Dilewatkan"

Lebih lanjut, jika kita menyimak bagaimana Plato merancang karakter-karakter seperti Socrates atau sang pengunjung dari Elea sebagai figur yang berpikir mendalam dan menyelidiki kebenaran, maka menjadi masuk akal bahwa di balik percakapan antar tokoh itu terdapat satu pemikir tunggal yang sedang berproses. Dalam hal ini, dialog bukan sekadar alat untuk menghibur atau menstimulasi pikiran, tetapi merupakan metode Plato untuk menyampaikan doktrin yang secara pribadi ia yakini atau, paling tidak, ingin diuji dan didalami lebih jauh.

Seperti ditunjukkan oleh Phaedo, Republic, Sophist, Statesman, hingga Timaeus, tampak bahwa Plato tengah membangun sistem pemikiran yang rumit dan terus berkembang. Ia menggunakan tokoh-tokohnya untuk menjajaki berbagai kemungkinan filosofis, namun tetap dengan semangat mencari kebenaran. Ketika ada kesinambungan dalam gagasan bentuk di antara dialog-dialog tersebut, maka itu adalah tanda bahwa Plato masih berdiri di atas fondasi yang sama. Sebaliknya, jika terjadi ketidakselarasan, maka mungkin sekali ia sedang mengevaluasi dan merumuskan ulang pemikirannya.

Halaman Selanjutnya
img_title