Berapa Besar, Sikap, Watak, Sifat serta Pengalaman Masa Lalu Bisa Mempengaruhi Penderita Demensia? Ini Penjelasannya

Ilustrasi Penderita Dimensia
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA – Banyak keluarga penderita demensia merasa bingung ketika orang yang mereka cintai berubah secara drastis. Seorang yang dikenal sabar bisa menjadi mudah marah, sementara yang dulu ceria mendadak menjadi pendiam. Ternyata, perubahan ini tak terjadi secara tiba-tiba tanpa akar. Para ahli sepakat bahwa sikap, watak, sifat, serta pengalaman masa lalu seseorang sangat memengaruhi bagaimana demensia berkembang dan seperti apa gejala yang ditampilkan.

Merayakan Ketidaksempurnaan: Pesan Bijak Massimo Pigliucci untuk Dunia Modern

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa memori lama, kepribadian yang terbentuk sejak muda, serta trauma yang pernah dialami bisa ‘bangkit’ kembali dan menciptakan perilaku tertentu saat seseorang memasuki fase demensia. Lalu, bagaimana sebenarnya pengaruh hal-hal tersebut terhadap kondisi penderita?

1. Kepribadian Lama Menentukan Pola Perilaku Saat Demensia

Petuah Getir Marcus Aurelius: “Lakukan Apa yang Kamu Mau, Bahkan Jika Kamu Menghancurkan Dirimu Sendiri, …. “

Menurut Dr. Nina Gunawan, seorang psikogerontolog, “Apa yang tertanam sejak lama, seperti karakter keras kepala, pemalu, atau pendiam, sering kali tetap muncul meskipun fungsi kognitif seseorang menurun.” Hal ini disebabkan karena memori jangka panjang—termasuk kepribadian—terletak di bagian otak yang cenderung bertahan lebih lama dalam proses degeneratif.

Contohnya:

  • Orang yang sejak muda dikenal tegas dan disiplin bisa menunjukkan perilaku dominan bahkan ketika pikun.
  • Seseorang yang mudah cemas sejak muda lebih berisiko mengalami paranoid atau halusinasi saat terkena demensia.
Liburan Anti-Mainstream? Coba Menginap di Hotel Hutan Swedia yang Super Tenang!

2. Trauma Masa Lalu Bisa Aktif Kembali

Halaman Selanjutnya
img_title