Grey Divorce: Mengungkap Fenomena Perceraian di Usia Senja dan Dampaknya
- IG/kimberlee_sweeney
Jakarta, WISATA – Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena perceraian di kalangan pasangan tua, yang sering disebut sebagai grey divorce, semakin meningkat. Grey divorce merujuk pada perceraian yang terjadi pada individu berusia 50 tahun ke atas.
Ada beberapa penyebab yang mendorong terjadinya grey divorce, yang diantaranya adalah:
1. Perubahan Nilai dan Harapan: Seiring berjalannya waktu, nilai dan harapan individu terhadap pernikahan dapat berubah. Banyak pasangan yang lebih tua mencari kebahagiaan pribadi dan kepuasan hidup setelah tahun-tahun menghabiskan waktu bersama.
2. Kemandirian Finansial: Dengan meningkatnya partisipasi perempuan di tempat kerja dan peningkatan kekayaan individu, banyak orang merasa memiliki kemandirian finansial yang cukup untuk berpisah. Menurut data dari Pew Research Center, perempuan yang lebih tua kini memiliki lebih banyak opsi untuk hidup mandiri.
3. Krisis Tengah Usia: Banyak individu mengalami krisis tengah usia yang memicu evaluasi ulang tujuan hidup dan hubungan mereka. Hal ini seringkali mengarah pada keputusan untuk berpisah.
4. Kehilangan Komunikasi dan Koneksi: Setelah bertahun-tahun bersama, beberapa pasangan mungkin merasa bahwa mereka telah berkembang ke arah yang berbeda, menyebabkan hilangnya komunikasi inti dan koneksi emosional.
Dari beberapa kasus, grey divorce bisa menyebabkan stres emosional yang signifikan. Kesepian dan kebingungan sering dialami oleh individu yang baru bercerai. Selain itu masalah finansial juga terkadang menyulitkan. Grey divorce juga dapat mempengaruhi hubungan dengan anak-anak dan cucu. Belum lagi dari sisi masyarakat yang seringkali masih memiliki stigma terhadap perceraian, terutama di kalangan orang dewasa yang lebih tua. Hal ini dapat memengaruhi cara individu ini diterima kembali dalam lingkaran sosial mereka.