Thales, Anaximander, dan Anaximenes: Tiga Tokoh Miletos yang Membuka Tabir Kosmos
Minggu, 20 April 2025 - 01:40 WIB
Sumber :
- Image Creator/Handoko
Melalui pendekatan ini, Thales membuka pintu interpretasi ilmiah: alam semesta dapat dipahami melalui prinsip tunggal (monisme) dan penalaran.
Anaximander: Sang Pencetus Apeiron
Sebagai murid Thales, Anaximander (610–546 SM) menyadari keterbatasan gagasan air sebagai archê. Ia lalu memperkenalkan:
- Apeiron (Yang Tak Terbatas)
Anaximander memilih konsep apeiron—unsur tanpa batas, tak terdefinisi, dan kekal—sebagai asal segala yang berwujud. Apeiron menjelaskan bagaimana berbagai unsur lahir dan kembali ke keadaan semula dalam siklus kosmis. - Model Kosmos Awal
Ia menggambarkan bumi sebagai silinder mengambang di tengah ruang tanpa bantuan apa pun; matahari, bulan, dan bintang adalah cincin-cincin bercahaya yang menyelimuti bumi.
Dengan memperluas cakupan rasionalitas, Anaximander menegaskan perlunya prinsip yang lebih abstrak daripada unsur fisik, membuka ranah metafisika awal.
Anaximenes: Transformasi Melalui Udara
Kemudian datang Anaximenes (585–528 SM), yang mengintegrasikan konsep Thales dan Anaximander menjadi kerangka baru:
Halaman Selanjutnya
1. Archê Udara (Aer) Ia memilih udara sebagai substansi pokok, sebab udara tampak tak terlihat seperti apeiron, namun berwujud dan dapat diubah.