Rezeki Tidak Datang dari Langit: Mengapa Islam Menekankan Kerja Keras dan Tawakal
- Image Creator Grok/Handoko
Malang, WISATA - Di tengah kehidupan yang penuh tantangan, banyak orang bertanya-tanya bagaimana cara meraih kesuksesan dan keberkahan dalam hidup. Dalam perspektif Islam, rezeki bukanlah sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit tanpa usaha, melainkan buah dari kerja keras yang disertai dengan keyakinan dan tawakal kepada Allah SWT. Artikel ini membahas secara mendalam konsep kerja keras dan tawakal dalam Islam, serta bagaimana kedua nilai tersebut bersinergi untuk meraih rezeki dan keberkahan di dunia serta kehidupan akhirat.
Makna Rezeki dalam Islam
Dalam ajaran Islam, rezeki tidak hanya terbatas pada harta duniawi, tetapi juga mencakup kesehatan, ilmu pengetahuan, dan keberkahan dalam hubungan sosial serta spiritual. Rezeki adalah segala sesuatu yang telah Allah tetapkan untuk setiap makhluk-Nya, namun manusia diberi kebebasan untuk berusaha agar rezeki tersebut dapat terwujud. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…” (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini mengajarkan agar umat Muslim tidak semata-mata fokus pada kehidupan dunia tanpa mempersiapkan bekal untuk akhirat. Dengan demikian, konsep rezeki dalam Islam mempunyai dimensi yang komprehensif, yaitu keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Konsep Kerja Keras dalam Perspektif Islam
Usaha Sebagai Wujud Ibadah
Islam memandang bahwa segala usaha yang dilakukan dengan niat yang benar adalah bentuk ibadah. Kerja keras merupakan kewajiban setiap Muslim agar bisa memperoleh rezeki dan menjaga kehidupannya. Rasulullah SAW bersabda,
“Beramallah, karena setiap orang mendapat kemudahan menurut apa yang telah ditakdirkan baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh hanya pasif menunggu, melainkan harus aktif mencari rezeki melalui usaha yang maksimal. Kerja keras dalam Islam tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan materi, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.