Yana, Bayi Mamut yang Ditemukan Utuh di Siberia Berkat Lapisan Beku Sejak 130.000 Tahun Lalu

Bayi Mammoth
Sumber :
  • IG/borneobulletin

Jakarta, WISATA – Penemuan bayi mamut di Siberia telah membuka jendela baru untuk memahami kehidupan prasejarah. Bayi mamut ini, yang diberi nama Yana, ditemukan dalam kondisi yang sangat terawat berkat lapisan permafrost yang membekukannya selama lebih dari 130.000 tahun. Penemuan ini menjadi salah satu spesimen mamut paling utuh yang pernah ditemukan, dengan bagian tubuh seperti kepala, belalai, dan kulit yang masih terlihat jelas.

Telah Ditemukan Bayi Mammoth Berusia 50.000 Tahun di Siberia, Rusia, Ilmuwan lakukan Ekstraksi DNA

Yana memiliki tinggi sekitar 1,2 meter di bahu dan berat hampir 180 kilogram. Organ dalamnya, termasuk saluran pencernaan, masih terjaga dengan baik, bahkan terdapat sisa makanan terakhir yang dimakan sebelum ia mati. Para ilmuwan melakukan nekropsi untuk mempelajari mikroorganisme purba, tumbuhan, dan spora yang hidup bersama Yana ribuan tahun lalu.

Penemuan Yana juga menjadi pengingat akan dampak perubahan iklim. Mencairnya permafrost akibat pemanasan global memungkinkan spesimen seperti Yana muncul ke permukaan. Namun, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan munculnya patogen kuno yang dapat membawa risiko kesehatan.

Badak Berbulu 32.000 Tahun yang Setengah Dimakan oleh Predator Ditemukan di Siberia

Perubahan iklim, terutama pemanasan global, memiliki dampak signifikan terhadap penemuan spesimen prasejarah. Berikut beberapa cara perubahan iklim memengaruhi hal ini:

1. Pencairan Permafrost: Lapisan es dan tanah yang membeku secara permanen (permafrost) di kawasan seperti Siberia mulai mencair akibat suhu yang meningkat. Proses pencairan ini mengungkap fosil dan spesimen prasejarah yang terkubur selama ribuan tahun, seperti mamut, badak berbulu, dan hewan prasejarah lainnya. Misalnya, bayi mamut bernama Yuka ditemukan karena permafrost yang mencair di wilayah Arktik.

“Icebird” Berusia 46.000 Tahun Ditemukan di Siberia, Utuh dengan Bulu dan Paruhnya

2. Kerusakan Potensial pada Spesimen: Ketika permafrost mencair, spesimen yang sebelumnya terawetkan dengan baik mulai membusuk akibat paparan udara dan mikroorganisme. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya data biologis yang berharga sebelum para ilmuwan sempat mempelajarinya.

3. Risiko Patogen Kuno: Selain spesimen, pencairan permafrost juga berpotensi melepaskan mikroba atau virus purba yang telah tertidur selama ribuan tahun. Beberapa di antaranya dapat menjadi ancaman baru bagi ekosistem modern.

Halaman Selanjutnya
img_title