Misteri Pythagoras: Filsuf yang Memahami Alam Semesta Lewat Angka
- Image Creator Grok/Handoko
Teorema Segitiga Siku-Siku: Fondasi Matematika Modern
Salah satu sumbangsih terbesar Pythagoras kepada dunia adalah teorema segitiga siku-siku, yang menyatakan bahwa dalam sebuah segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring (hipotenusa) adalah sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi lainnya. Secara matematis, teorema ini dituliskan sebagai:
c2=a2+b2c^2 = a^2 + b^2
Meskipun konsep dasar ini telah dikenal di beberapa peradaban sebelum Pythagoras, ia adalah tokoh pertama yang berhasil membuktikan dan merumuskannya secara sistematis. Teorema tersebut menjadi landasan bagi geometri Euclidean dan merupakan fondasi bagi pengembangan ilmu matematika hingga zaman modern.
Dalam praktiknya, teorema Pythagoras telah digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari arsitektur, teknik, hingga navigasi. Contohnya, dalam konstruksi bangunan, prinsip ini membantu insinyur menentukan ukuran dan proporsi yang tepat untuk menciptakan struktur yang stabil dan estetis. Begitu pula dalam teknologi navigasi, perhitungan jarak menggunakan metode geometri segitiga menjadi komponen penting dalam sistem Global Positioning System (GPS).
Filosofi Angka: Bahasa Alam Semesta
Bagi Pythagoras, angka lebih dari sekadar alat hitung; angka adalah bahasa yang mengungkapkan rahasia alam. Ia percaya bahwa angka memiliki sifat-sifat metafisik yang mampu menjelaskan fenomena alam dengan cara yang tak terduga. Menurutnya, setiap angka menyimpan energi dan simbolisme yang dapat diinterpretasikan untuk memahami keteraturan alam semesta.
Konsep “musica universalis” atau musik semesta merupakan manifestasi dari pandangan ini. Pythagoras mengamati bahwa gerakan planet dan bintang di langit mengikuti pola yang harmonis, seolah-olah alam semesta menciptakan melodi yang tak terdengar oleh telinga manusia. Meskipun musik tersebut tidak bisa didengar secara langsung, ia menunjukkan betapa eratnya hubungan antara matematika, musik, dan alam.