Kassian Cephas: Fotografer Pertama Keturunan Jawa dari Kalangan Bumiputera

Pengangkatan Hamengkunegoro III
Sumber :
  • IG/jendela.poestaka

Yogyakarta, WISATA – Fotografi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, pada awal masuknya kamera ke Nusantara melalui bangsa Eropa, hanya sedikit pribumi yang memiliki akses ke teknologi ini. Kassian Cephas, pria kelahiran Yogyakarta pada 15 Januari 1845, menjadi pionir fotografi di kalangan bumiputera.

PADANG: Pemkot Luncurkan Program Jelajah Padang, Kenalkan Sejarah kepada Siswa

Nama "Kassian" dikaitkan dengan kata "kasihan" dalam bahasa Melayu, sementara "Cephas" berasal dari bahasa Aram yang berarti "karang tak tergoyahkan." Pada usia 15 tahun, ia dibaptis sebagai penganut Kristen di Purworejo dan mulai menggunakan nama Cephas.

Setelah menghabiskan masa kecilnya sebagai pelayan di rumah seorang Belanda, Kassian kembali ke Yogyakarta dan menikahi Dina Rakijah. Di bawah bimbingan Simon Willem Camerik, ia mulai menekuni fotografi sejak tahun 1860-an. Bakatnya menarik perhatian Sultan Hamengkubuwana VI, yang kemudian mengangkatnya sebagai fotografer istana pada tahun 1871. Ia juga pernah magang di bawah Isidore van Kinsbergen dan banyak mendokumentasikan peninggalan Jawa-Hindu.

Borobudur Jadi Pusat Spiritual, Liburan Jadi Bermakna!

Dokter Belanda Isaac Groneman kemudian mengajaknya bergabung dengan organisasi riset Archeologische Vereeniging, di mana ia berperan sebagai fotografer utama. Salah satu proyeknya adalah mendokumentasikan adegan tari di Keraton Yogyakarta. Pada tahun 1877. Groneman dan Cephas bekerja sama untuk terakhir kalinya pada tahun 1899 untuk mendokumentasikan peringatan empat tahun kenaikan tahta Hamengkunegara III sebagai Putra Mahkota Kesultanan Yogyakarta.

Kassian mendirikan studio fotografinya sendiri di Lodji Ketjil Wetan, menjadikannya salah satu studio pribumi pertama di Yogyakarta. Ketika koran pertama Yogyakarta, Mataram, dicetak pada tahun 1877, Cephas segera menempatkan promosi lewat iklan di terbitan pertama itu. Ia mengumumkan bahwa studio miliknya buka untuk umum dari pukul 7.30 sampai 11.00 di pagi hari.

Arkeolog Temukan Pabrik Pewarna Ungu dari Zaman Besi di Pesisir Karmel Israel

Selain potret, ia mendokumentasikan bangunan dan monumen bersejarah, seperti Istana Air Taman Sari (1884). Kassian pensiun pada tahun 1905 dan meninggal pada tahun 1912 di usia 67 tahun. Putranya, Sem Cephas, melanjutkan usahanya hingga wafat akibat kecelakaan berkuda pada 1918.

Gerrit Knaap menegaskan bahwa Kassian Cephas adalah orang Jawa pertama yang mendedikasikan hidupnya untuk fotografi, menjadikannya pelopor bagi fotografer bumiputera di Nusantara.

Halaman Selanjutnya
img_title