Kritik Plato: Orang Baik Enggan Berkuasa, Tapi Mereka yang Berambisi Sering Bukan yang Terbaik
Rabu, 5 Februari 2025 - 02:30 WIB
Sumber :
- Image Creator/Handoko
Sebaliknya, banyak individu yang memiliki kapasitas, integritas, dan kebijaksanaan memilih untuk tidak terjun ke dunia politik karena enggan terlibat dalam intrik dan persaingan yang kotor. Mereka lebih nyaman berkontribusi dalam kapasitas pribadi atau profesional di luar lingkup politik formal.
Kasus Nyata yang Mencerminkan Kritik Plato
- Krisis Kepemimpinan Global: Beberapa pemimpin dunia terpilih bukan karena kualitas moral atau visi mereka yang luar biasa, melainkan karena kemampuan mereka dalam memanipulasi opini publik. Kasus-kasus korupsi di pemerintahan, penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran hak asasi manusia menjadi bukti nyata bagaimana kekuasaan sering kali disalahgunakan.
- Fenomena "Anti-Politik" di Masyarakat: Kekecewaan terhadap pemimpin politik yang tidak kompeten atau korup membuat sebagian besar masyarakat apatis terhadap politik. Banyak orang baik dan cerdas justru memilih menjauh dari dunia politik, memperkuat siklus di mana kursi-kursi kekuasaan diisi oleh individu yang kurang layak.
Bagaimana Seharusnya?
Plato menawarkan solusi dalam bentuk kepemimpinan yang berbasis pada kebijaksanaan. Meski konsep "Raja Filsuf" mungkin utopis, prinsip dasarnya masih bisa diterapkan. Kepemimpinan seharusnya berfokus pada pelayanan kepada masyarakat, bukan sekadar meraih atau mempertahankan kekuasaan.
Mendorong Partisipasi Orang Baik dalam Politik
- Pendidikan Politik: Memberikan pemahaman yang benar tentang politik sebagai alat untuk melayani masyarakat, bukan sekadar ajang perebutan kekuasaan.
- Membangun Lingkungan Politik yang Sehat: Menciptakan sistem yang mendukung transparansi, akuntabilitas, dan meritokrasi, sehingga individu dengan integritas tinggi merasa lebih nyaman untuk terlibat.
- Peran Masyarakat: Masyarakat harus aktif dalam memilih pemimpin yang benar-benar layak, bukan hanya karena popularitas atau janji manis kampanye.
Halaman Selanjutnya
Pemikiran Plato tentang kepemimpinan tetap relevan dalam menganalisis tantangan politik modern. Kritiknya terhadap mereka yang haus kekuasaan menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang dominasi, melainkan tentang dedikasi untuk kebaikan bersama. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap politik, mungkin sudah saatnya kita menghidupkan kembali gagasan Plato: mendorong orang bijak untuk tidak takut terlibat, karena justru merekalah yang kita butuhkan untuk menciptakan perubahan positif.