Kritik Plato: Orang Baik Enggan Berkuasa, Tapi Mereka yang Berambisi Sering Bukan yang Terbaik

Plato Fisuf Yunani Kuno
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - "Orang yang baik tidak ingin berkuasa, tetapi mereka yang ingin berkuasa sering kali bukan orang baik." Kutipan ini, yang berasal dari pemikiran Plato, tetap relevan meskipun telah berabad-abad berlalu sejak filsuf Yunani kuno tersebut menyampaikannya. Dalam konteks politik modern, kritik Plato ini seolah menjadi cermin yang menunjukkan realitas kepemimpinan di berbagai belahan dunia. Artikel ini akan mengupas bagaimana pandangan Plato tentang kepemimpinan masih menggema dalam diskursus politik saat ini.

Plato: “Pendapat Mayoritas Tidak Selalu Mencerminkan Kebenaran”

Plato dan Konsep Kepemimpinan Ideal

Dalam karyanya The Republic, Plato mengemukakan konsep tentang "Raja Filsuf" (Philosopher King) sebagai pemimpin ideal. Menurut Plato, hanya mereka yang memiliki kebijaksanaan, cinta akan kebenaran, dan pemahaman mendalam tentang keadilan yang layak memimpin. Ironisnya, Plato juga berpendapat bahwa orang-orang bijak ini justru enggan untuk berkuasa karena mereka sadar akan tanggung jawab berat yang menyertainya.

30 Kutipan dari Karl Marx: Pemikir Revolusioner dan Kritikus Kapitalisme

Plato percaya bahwa ambisi untuk berkuasa sering kali lahir dari hasrat pribadi seperti keserakahan, ego, atau keinginan untuk mengendalikan orang lain. Oleh karena itu, mereka yang berjuang keras untuk mendapatkan kekuasaan sering kali bukanlah orang yang memiliki kualitas moral tertinggi.

Relevansi Kritik Plato di Era Modern

Plato: “Pemikiran Tanpa Pembelajaran adalah Kosong; Pembelajaran Tanpa Pemikiran adalah Berbahaya”

Dalam dunia politik modern, kita sering menyaksikan bagaimana pemimpin yang terpilih justru lebih menonjol karena ambisi politik mereka daripada kebijaksanaan atau integritas moral. Fenomena ini terjadi di berbagai negara, baik dalam sistem demokrasi maupun otoritarianisme.

Contohnya, politik uang, kampanye hitam, dan manipulasi informasi menjadi strategi yang digunakan untuk meraih kekuasaan. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan untuk berkuasa kadang-kadang lebih diutamakan daripada niat untuk melayani masyarakat.

Halaman Selanjutnya
img_title