Mengapa Kaum Sofis Menolak Kebenaran Mutlak? Pandangan Kontroversial tentang Kehidupan

Perdebatan Plato dan Kaum Sofis (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/istimewa

Sebagai contoh, dalam sistem hukum Yunani kuno, keputusan sering kali didasarkan pada argumen yang paling persuasif daripada fakta yang objektif. Kaum sofis menganggap bahwa kemampuan untuk menyampaikan argumen yang kuat adalah keterampilan yang sangat berharga dalam konteks seperti itu.

10 Pesan Socrates kepada Murid-Muridnya yang Masih Relevan Hingga Saat Ini

Relevansi Pandangan Kaum Sofis di Era Modern
Relativisme kaum sofis memiliki relevansi yang mencolok di dunia modern. Dalam masyarakat global yang semakin terfragmentasi oleh perbedaan budaya, agama, dan ideologi, gagasan bahwa kebenaran bersifat subjektif menjadi semakin relevan.

Contoh nyata dari ini dapat ditemukan dalam dunia politik dan media sosial. Platform digital seperti Twitter dan Facebook memungkinkan setiap orang untuk menyuarakan pendapat mereka, sering kali menciptakan "kebenaran" yang berbeda berdasarkan kelompok atau komunitas tertentu. Menurut laporan Reuters Institute Digital News Report (2023), 52% masyarakat percaya bahwa mereka lebih cenderung mempercayai informasi yang berasal dari orang-orang dengan pandangan serupa, menunjukkan bagaimana relativisme kebenaran telah menjadi bagian dari realitas kita.

"Kebenaran Itu Absolut, Tetapi Harus Dicari dengan Kerendahan Hati": Socrates

Namun, hal ini juga membawa risiko. Dalam dunia yang semakin dipenuhi dengan informasi yang bertentangan, sulit untuk membedakan fakta dari opini, atau bahkan dari informasi palsu. Kritik terhadap kaum sofis di Yunani kuno, yaitu bahwa mereka mengaburkan batas antara kebenaran dan kebohongan, menjadi lebih relevan dari sebelumnya.

Belajar dari Kaum Sofis: Menavigasi Relativisme Kebenaran dengan Bijak
Meskipun kaum sofis sering dikritik karena pendekatan mereka yang dianggap oportunistik, ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari pandangan mereka. Dalam dunia yang penuh dengan kompleksitas dan perbedaan, memahami bahwa kebenaran dapat memiliki banyak wajah adalah langkah pertama untuk membangun toleransi dan dialog yang konstruktif.

Socrates, Sang Pencari Kebenaran: Kisah Hidup, Pengadilan, dan Warisannya

Namun, seperti yang diajarkan oleh Socrates dan Plato, relativisme kebenaran harus disertai dengan tanggung jawab moral. Kemampuan untuk memahami dan menghormati perspektif orang lain tidak berarti kita harus mengabaikan nilai-nilai universal seperti keadilan, kejujuran, dan empati.

Kaum sofis menolak kebenaran mutlak karena mereka memahami bahwa dunia ini terlalu kompleks untuk dirangkum dalam satu standar kebenaran. Pandangan mereka, meskipun kontroversial, mencerminkan dinamika kehidupan manusia yang kaya akan perbedaan dan interpretasi.

Halaman Selanjutnya
img_title