Niccolò Machiavelli: "Manusia Lebih Cepat Melupakan Kematian Ayahnya Dibandingkan Kehilangan Warisan"
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Pernyataan Niccolò Machiavelli dalam bukunya yang terkenal, The Prince, “Manusia cenderung lebih cepat melupakan kematian ayahnya dibandingkan kehilangan warisan,” merupakan salah satu kutipan yang paling kontroversial dan sarat makna. Kutipan ini menggambarkan perspektif Machiavelli yang tajam tentang sifat manusia, di mana materi sering kali memiliki daya tarik yang lebih kuat dibandingkan emosi atau hubungan personal.
Meski pernyataan ini terdengar sinis, dalam konteks politik dan kekuasaan, pemikiran Machiavelli sering kali dianggap realistis dan relevan hingga kini. Artikel ini akan mengulas bagaimana kutipan tersebut mencerminkan karakter manusia, relevansinya dalam kehidupan modern, serta pelajaran yang bisa diambil dari pemikiran sang filsuf.
Makna Mendalam di Balik Kutipan Machiavelli
Machiavelli menyoroti kecenderungan manusia untuk lebih mementingkan hal-hal materiil dibandingkan nilai-nilai emosional atau spiritual. Kehilangan warisan atau kekayaan dianggap sebagai kerugian langsung yang memengaruhi kehidupan seseorang secara praktis. Di sisi lain, kehilangan anggota keluarga, meski menyakitkan, lebih mudah diterima seiring waktu karena dampaknya cenderung bersifat emosional.
Dalam konteks politik, kutipan ini mencerminkan pentingnya kekayaan dan sumber daya sebagai pilar utama kekuasaan. Machiavelli percaya bahwa seorang pemimpin harus memahami sifat manusia ini untuk menjaga stabilitas kekuasaannya. Dengan memastikan kebutuhan materiil rakyat terpenuhi, seorang pemimpin dapat mempertahankan loyalitas mereka, meskipun hubungan emosional atau moral antara pemimpin dan rakyat kurang terjalin.
Relevansi di Era Modern
Dalam kehidupan modern, fenomena ini terlihat jelas di berbagai aspek kehidupan, seperti politik, bisnis, dan hubungan interpersonal. Sebagai contoh, dalam dunia politik, banyak pemimpin yang berhasil meraih dukungan dengan menawarkan bantuan ekonomi langsung, seperti subsidi atau program bantuan sosial. Kebijakan semacam ini sering kali lebih efektif dibandingkan upaya membangun hubungan emosional dengan rakyat melalui pidato atau kampanye moral.