Terjebak di Era YOLO, FOMO, dan FOPO? Begini Cara Kembali ke YONO agar Hidup Lebih Normal

YOLO, FOMO, FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam beberapa tahun terakhir, gaya hidup modern telah dipengaruhi oleh berbagai tren yang mencerminkan pola pikir dan perilaku masyarakat, terutama generasi muda. Istilah seperti YOLO (You Only Live Once), FOMO (Fear of Missing Out), dan FOPO (Fear of Other People’s Opinions) menjadi fenomena yang mendominasi cara hidup banyak orang. Namun, gaya hidup ini sering kali membawa dampak negatif, baik secara emosional, finansial, maupun sosial.

Waktu Adalah Penyembuh: Pelajaran Kesabaran dari Seneca untuk Menghadapi Luka Kehidupan

Untuk mengatasi berbagai tekanan yang muncul akibat tren ini, konsep YONO (You’re Only Normal Once) hadir sebagai solusi. Filosofi ini mengajak kita untuk kembali pada kehidupan yang lebih normal, terencana, dan penuh tanggung jawab. Bagaimana cara beralih dari jebakan YOLO, FOMO, dan FOPO ke YONO? Berikut ulasannya.

Memahami YOLO, FOMO, dan FOPO

Ketakutan Lebih Besar di Pikiran: Pelajaran dari Kutipan Seneca untuk Mengatasi Kecemasan Modern

Sebelum kita membahas cara kembali ke YONO, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan YOLO, FOMO, dan FOPO serta dampaknya.

1. YOLO (You Only Live Once)

FOMO di Era Kebudayaan Pop: Keinginan Tak Ingin Ketinggalan Boneka, Liburan, dan Konser

YOLO mendorong seseorang untuk menikmati hidup tanpa batasan, karena hidup hanya sekali. Meskipun terlihat menyenangkan, filosofi ini sering kali mendorong perilaku impulsif, seperti belanja berlebihan, pengambilan risiko tinggi, dan mengabaikan perencanaan masa depan.

2. FOMO (Fear of Missing Out)

Halaman Selanjutnya
img_title