Niccolò Machiavelli: “Lebih Baik Ditakuti daripada Dicintai, Jika Tidak Dapat Memiliki Keduanya”
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Niccolò Machiavelli, filsuf dan pemikir politik asal Italia, adalah tokoh yang sering disebut sebagai bapak ilmu politik modern. Salah satu kutipannya yang paling terkenal dan kontroversial adalah, “Lebih baik ditakuti daripada dicintai, jika tidak dapat memiliki keduanya.” Kutipan ini berasal dari bukunya yang monumental, The Prince (Il Principe), yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1532.
Meskipun kutipan ini sering dipandang sinis, Machiavelli sebenarnya menawarkan wawasan mendalam tentang kepemimpinan, kekuasaan, dan dinamika hubungan manusia. Apa yang dimaksud Machiavelli dengan pernyataan ini, dan bagaimana relevansinya dalam dunia modern?
Konsep Kekuasaan dalam Pemikiran Machiavelli
Machiavelli menulis The Prince sebagai panduan bagi para pemimpin untuk mempertahankan kekuasaan di tengah situasi politik yang penuh konflik. Dalam pandangannya, seorang pemimpin idealnya dicintai dan ditakuti sekaligus. Namun, jika harus memilih, Machiavelli menyarankan bahwa lebih baik ditakuti.
Menurutnya, rasa takut memberikan kepastian dan kontrol, sementara cinta bersifat rapuh dan mudah pudar, terutama dalam situasi krisis. Ketakutan yang dimaksud bukanlah kebencian atau kekejaman tanpa alasan, melainkan rasa hormat yang lahir dari kewibawaan dan ketegasan seorang pemimpin.
Relevansi di Era Modern
Dalam konteks kehidupan modern, kutipan ini sering digunakan untuk menggambarkan pentingnya ketegasan dan keberanian dalam mengambil keputusan sulit, terutama di bidang politik dan bisnis.