Mengungkap Sejarah dan Pengaruh Dinas Rahasia Cina dalam Buku Karya Richard Deacon

A History The China Secret Service
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA - Buku Dinas Rahasia Cina atau dalam judul aslinya A History of the Chinese Secret Service, menjadi salah satu karya literatur penting yang membahas sejarah dan strategi dinas intelijen Cina. Ditulis oleh Richard Deacon, buku ini memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan panjang dan pengaruh dinas rahasia Cina di dunia internasional, mulai dari zaman kuno hingga era modern.

Menurut Sun Tzu Keberanian Sejati adalah Mengalahkan Musuh Tanpa Pertempuran

Dalam konteks global yang semakin dinamis, peran intelijen sering kali menjadi sorotan. Namun, sedikit yang menyadari bahwa tradisi intelijen Cina telah berkembang jauh sebelum banyak negara modern memahami pentingnya pengumpulan informasi strategis. Buku ini membawa pembaca menyelami sejarah panjang itu dengan gaya narasi yang menarik sekaligus mendalam.

Richard Deacon: Penulis di Balik Buku

Sun Tzu: Musuh Terbesar adalah Ketidakmampuan untuk Mengatasi Diri Sendiri”

Richard Deacon adalah nama pena dari George Donald King McCormick, seorang jurnalis asal Inggris yang banyak mengupas dunia intelijen. Dalam kariernya, Deacon telah menulis berbagai buku yang membahas operasi dinas rahasia di seluruh dunia, termasuk Inggris, Uni Soviet, dan tentu saja Cina. Pendekatannya dalam menulis sering kali memadukan penelitian akademis, wawancara, serta interpretasi pribadi, sehingga membuat karyanya lebih mudah dipahami oleh pembaca umum.

Namun, tidak sedikit kritik yang ditujukan kepada Deacon. Beberapa ahli menyebut bahwa sebagian klaimnya terkesan sensasional dan kurang terverifikasi. Kendati demikian, buku “Dinas Rahasia Cina” tetap menjadi salah satu referensi yang sering dikutip dalam diskusi mengenai peran intelijen Cina.

Ramai Dikunjungi Setiap Bulan Rajab! 5 Tempat Wisata Religi di Jawa Tengah yang Wajib Masuk Daftar Ziarah Anda

Sejarah Intelijen Cina: Tradisi Ribuan Tahun

Buku ini membuka pembahasan dengan mengulas akar sejarah dinas intelijen Cina yang telah ada sejak era Dinasti Qin (221–206 SM). Pada masa itu, sistem pengawasan dan pengumpulan informasi menjadi salah satu elemen penting dalam menjaga stabilitas kekaisaran.

Tidak hanya itu, buku ini juga menggambarkan bagaimana karya legendaris Sun Tzu, “The Art of War”, memengaruhi filosofi dan strategi intelijen Cina. Konsep-konsep seperti “menyerang tanpa terlihat” dan “menggunakan agen rahasia” dianggap sebagai dasar dari berbagai operasi dinas rahasia hingga era modern.

Deacon juga menjelaskan bagaimana dinas intelijen terus berkembang, terutama selama masa Mao Zedong. Pada periode ini, jaringan mata-mata digunakan tidak hanya untuk melawan musuh eksternal, tetapi juga untuk mengontrol situasi domestik dan mempertahankan kekuasaan Partai Komunis Cina.

Ekspansi Global dan Kontroversi Dinas Intelijen Cina

Salah satu bagian yang paling menarik dari buku ini adalah pembahasan mengenai ekspansi jaringan intelijen Cina ke seluruh dunia. Menurut Deacon, dinas rahasia Cina tidak hanya berfokus pada isu keamanan nasional, tetapi juga pada spionase ekonomi.

Dalam beberapa dekade terakhir, isu pencurian teknologi oleh agen-agen intelijen Cina menjadi perhatian besar bagi negara-negara Barat. Amerika Serikat, misalnya, secara konsisten menuduh Cina melakukan upaya spionase untuk mendapatkan akses ke inovasi teknologi dan data strategis.

Sebagai contoh, pada tahun 2020, pemerintah AS mengumumkan bahwa lebih dari 80 persen kasus spionase ekonomi yang ditangani oleh FBI melibatkan aktor-aktor yang terkait dengan Cina. Tuduhan ini mencakup berbagai sektor, mulai dari teknologi militer hingga kecerdasan buatan.

Namun, pihak Cina sering kali membantah tuduhan ini, menyebutnya sebagai bagian dari propaganda Barat untuk mendiskreditkan mereka. Dalam konteks ini, buku Deacon memberikan perspektif historis tentang bagaimana strategi intelijen Cina telah lama beroperasi dalam bayang-bayang geopolitik global.

Kritik dan Relevansi Buku di Era Modern

Meski menawarkan wawasan menarik, buku ini juga menuai kritik dari berbagai kalangan.

1.     Keakuratan Sumber
Beberapa akademisi meragukan keabsahan sumber yang digunakan oleh Deacon. Sebagian besar datanya berasal dari dokumen yang sulit diverifikasi atau dari wawancara yang tidak terpublikasi.

2.     Bias Ideologi
Buku ini ditulis pada masa Perang Dingin, sehingga banyak yang menganggapnya bias terhadap pandangan Barat. Dalam beberapa bagian, aktivitas intelijen Cina digambarkan secara sensasional sebagai ancaman besar bagi dunia Barat.

Namun, di luar kritik tersebut, buku ini tetap relevan, terutama dalam konteks hubungan internasional modern. Dengan meningkatnya tensi antara Cina dan negara-negara Barat, seperti AS, isu-isu yang diangkat dalam buku ini kembali menjadi sorotan.

Spionase Ekonomi: Ancaman atau Peluang?

Salah satu fokus utama buku ini adalah peran dinas intelijen Cina dalam spionase ekonomi. Deacon menggambarkan bagaimana agen-agen Cina bekerja untuk memperoleh teknologi dan inovasi dari negara lain.

Dalam konteks modern, spionase ekonomi menjadi isu yang semakin relevan. Menurut laporan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada tahun 2023, Cina terlibat dalam lebih dari 60 persen kasus spionase siber yang ditujukan untuk mencuri data teknologi.

Bagi banyak pihak, aktivitas ini dianggap sebagai ancaman besar. Namun, Cina sering kali menyebutnya sebagai bagian dari upaya untuk mengejar ketertinggalan teknologi dari negara-negara maju.

Buku yang Menggugah Diskusi

“Dinas Rahasia Cina” adalah buku yang mampu membuka wawasan pembaca tentang bagaimana dinas intelijen Cina beroperasi dalam skala nasional dan global. Meski tidak lepas dari kontroversi, karya ini tetap menjadi salah satu referensi penting bagi siapa saja yang ingin memahami dinamika intelijen Cina.

Namun, pembaca perlu mendekati buku ini dengan skeptisisme kritis, mengingat kemungkinan bias dan keterbatasan sumber data. Terlepas dari itu, buku ini tetap menawarkan perspektif unik yang relevan dengan dunia modern, terutama dalam konteks persaingan teknologi dan geopolitik global.