Alexander Agung: Sang Penakluk atau Penghancur Peradaban?

Alexander Agung di Tengah Pasukan
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Jakarta, WISATA - Alexander Agung adalah salah satu tokoh paling kontroversial dalam sejarah. Di satu sisi, ia dianggap sebagai jenderal tak terkalahkan dan pembawa kemajuan budaya Hellenistik. Di sisi lain, banyak yang melihatnya sebagai penghancur peradaban, yang memaksakan kehendaknya melalui kekerasan. Siapa sebenarnya Alexander Agung? Apakah ia seorang pahlawan atau tiran?

Lokasi Medan Perang Granicus Milik Alexander Agung Akhirnya Teridentifikasi

Jejak Penaklukan Alexander

Alexander memulai kampanyenya pada usia 20 tahun, dengan tujuan menaklukkan Kekaisaran Persia. Dalam waktu singkat, ia menguasai wilayah yang mencakup Yunani, Persia, Mesir, hingga India. Ia dikenal karena kemampuannya memimpin pasukan dalam situasi tersulit dan memotivasi prajuritnya untuk mencapai kemenangan.

Dunia di Kaki Alexander Agung: Bagaimana Ia Membangun Kekaisaran yang Tak Terkalahkan?

Kontribusi Alexander terhadap Peradaban

  1. Penyebaran Budaya Hellenistik
    Alexander membawa budaya Yunani ke wilayah-wilayah yang ia taklukkan. Kota-kota seperti Alexandria menjadi pusat ilmu pengetahuan dan seni.
  2. Integrasi Multikultural
    Alexander mendorong pernikahan antara bangsawan Yunani dan lokal, menciptakan kohesi budaya yang lebih luas.
  3. Inovasi Militer dan Administrasi
    Ia memperkenalkan sistem administrasi yang efisien dan strategi militer yang revolusioner, yang menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Sisi Gelap Penaklukan

Rahasia Kemenangan Alexander Agung: Jenius Militer atau Keberuntungan Semata?

Namun, keberhasilan Alexander datang dengan harga tinggi:

  1. Kehancuran Kota
    Kota-kota seperti Persepolis dihancurkan sebagai simbol penaklukan Alexander.
  2. Kekejaman Militer
    Alexander tidak ragu untuk menggunakan kekerasan ekstrem terhadap musuhnya. Pembantaian massal sering kali menjadi bagian dari strategi militernya.
  3. Warisan yang Terpecah
    Setelah kematiannya pada usia 32 tahun, kerajaan yang ia bangun segera terpecah karena perebutan kekuasaan di antara jenderalnya.

Alexander Agung tetap menjadi sosok yang membelah pendapat. Apakah ia pahlawan yang membawa perubahan besar atau tiran yang menghancurkan peradaban, tergantung pada sudut pandang Anda. Yang pasti, warisannya tetap abadi.