Keadilan adalah Melakukan Apa yang Sesuai dengan Sifat Masing-Masing: Filosofi Plato tentang Harmoni Sosial
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Keadilan sering dianggap sebagai fondasi bagi terciptanya masyarakat yang makmur dan harmonis. Namun, apa sebenarnya arti keadilan dalam konteks filosofi? Dalam karya monumental Plato, The Republic, ia mengajukan sebuah konsep yang mendalam tentang keadilan yang masih relevan hingga saat ini. "Keadilan adalah melakukan apa yang sesuai dengan sifat masing-masing," ungkap Plato, yang mengimplikasikan bahwa setiap individu memiliki peran unik dalam masyarakat, dan harmoni tercapai ketika setiap orang menjalankan peran tersebut dengan baik.
Makna Keadilan dalam Masyarakat
Plato, dalam The Republic, menggambarkan masyarakat ideal sebagai sebuah tubuh yang terdiri dari berbagai bagian yang saling melengkapi. Dalam masyarakat tersebut, individu tidak bisa dipaksakan untuk menjadi sesuatu yang bukan sifatnya. Setiap orang memiliki tugas dan peran yang sesuai dengan kemampuan alami mereka. Konsep ini sangat mirip dengan pandangan Plato tentang struktur jiwa manusia yang terdiri dari tiga bagian: rasio, keberanian, dan keinginan. Dalam masyarakat, rasio mewakili pemimpin (philosopher-king), keberanian diwakili oleh prajurit, dan keinginan diwakili oleh para pekerja.
Keadilan, menurut Plato, tercapai ketika setiap bagian masyarakat menjalankan tugasnya tanpa melanggar batas peran yang telah ditentukan oleh sifat mereka. Seorang pekerja, misalnya, tidak boleh berusaha menjadi seorang pemimpin hanya karena dia memiliki ambisi atau kecerdasan, dan sebaliknya, seorang pemimpin tidak boleh turun tangan dalam pekerjaan kasar yang lebih baik dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian, keadilan adalah keselarasan antara fungsi dan tugas masing-masing individu dalam struktur sosial.
Relevansi Konsep Keadilan Plato di Era Modern
Pentingnya keadilan yang dibicarakan Plato tidak hanya terbatas pada masyarakat Yunani kuno. Dalam konteks sosial politik modern, konsep ini bisa diterjemahkan menjadi pembagian tugas yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian dalam setiap bidang pekerjaan atau sektor. Dalam dunia profesional, kita sering melihat bagaimana sistem meritokrasi—dimana orang diberikan kesempatan berdasarkan kemampuan dan keahlian mereka—berupaya menciptakan masyarakat yang adil.
Di tingkat negara, keadilan Plato mengajarkan bahwa pemimpin haruslah mereka yang memiliki kebijaksanaan dan kemampuan untuk memimpin, bukan mereka yang sekadar mengejar kekuasaan. Sebaliknya, masyarakat yang adil adalah masyarakat yang memberi ruang bagi setiap individu untuk berkembang sesuai dengan kemampuan mereka.
Tantangan Mewujudkan Keadilan di Dunia Kontemporer
Namun, membangun masyarakat yang sejalan dengan pandangan Plato tentang keadilan bukanlah hal yang mudah. Tantangan besar yang dihadapi adalah ketimpangan sosial, pendidikan yang tidak merata, dan sistem politik yang seringkali dikuasai oleh elit tertentu. Dalam konteks ini, keadilan tidak selalu tercapai secara otomatis, dan dibutuhkan upaya keras dari semua pihak untuk memastikan bahwa setiap individu bisa menjalankan perannya sesuai dengan kemampuannya.
Pada akhirnya, keadilan menurut Plato mengajak kita untuk merefleksikan kembali cara kita memandang masyarakat dan menilai kontribusi setiap individu. Apakah kita sudah menciptakan ruang yang cukup bagi setiap orang untuk menjalankan perannya? Ataukah kita hanya terpaku pada ambisi dan kekuasaan yang tidak sesuai dengan sifat mereka?