NDORO KAKUNG*: Takut Kena PHK? Tenang, Banyak Peluang Baru bagi Wartawan Indonesia di Era Gig Economy

Ilustrasi: Dunia Media
Sumber :
  • FB: ndorokakungwicaksono

Jakarta, WISATA Pemilik media sedang cemas. Pekerja dan wartawannya lebih cemas lagi.

Industri media Indonesia saat ini memang menghadapi tantangan serius.

BADUI: Nikmatnya Durian khas Badui, Jadi Daya Tarik Wisatawan, Musim Panen Durian hingga Februari

Penurunan pendapatan iklan, pergeseran preferensi audiens ke platform digital, dan persaingan dari media berbasis teknologi telah menyebabkan banyak perusahaan media konvensional harus memangkas biaya, termasuk pengurangan jumlah wartawan.

Sampeyan tidak perlu ikut cemas.

Di tengah ancaman ini, masa depan menawarkan peluang baru. Salah satu pendiri LinkedIn, Reid Hoffman, meramalkan, pekerjaan tradisional, bekerja dari pukul 09.00-17.00, akan punah pada 2034, digantikan oleh revolusi gig economy, di mana fleksibilitas dan diversifikasi pekerjaan menjadi norma baru.

Era Gig Economy: Cahaya di Tengah Ancaman

Dalam video yang sempat viral, Hoffman menyatakan bahwa AI dan teknologi akan mengubah cara kita bekerja.

Ia memperkirakan, dalam satu dekade, 50% penduduk AS akan menjadi pekerja lepas.

Prediksi ini relevan bagi wartawan Indonesia yang juga sedang menghadapi ketidakpastian karier.

Gig economy menawarkan peluang baru, di antaranya:

Penulis Lepas (Freelance Writer): Wartawan dapat menulis untuk berbagai publikasi internasional, blog, atau media independen yang terus berkembang di dunia digital. Peluang lain, menjadi editor penerbitan dan media internasional.

Syaratnya, menguasai bahasa asing (Inggris).

Ndoro Kakung

Photo :
  • IG: @ndorokakung
Pembuat Konten (Content Creator): Membuat video, podcast, atau infografis informatif yang menarik minat audiens di media sosial dan platform seperti YouTube.

Konsultan Media dan Komunikasi: Menjadi ahli strategi komunikasi untuk perusahaan yang membutuhkan narasi kuat dalam pemasaran atau kampanye digital.

Pengelola Media Sosial: Mengelola akun media sosial perusahaan atau tokoh publik dengan strategi komunikasi yang efektif.
Ekosistem Digital Nasional: Fondasi Utama Transformasi Teknologi di Indonesia, Wawancara Eksklusif Dr. Adhiguna Mahendra

Keterampilan Baru untuk Bertahan

Untuk menyongsong era baru gig economy, tentu saja para pekerja media atau wartawan wajib memiliki ilmu dan keterampilan tambahan.

Seperti yang dijelaskan Hoffman, pekerja masa depan harus siap dengan keterampilan baru untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi.

Menurut saya, wartawan Indonesia, perlu menguasai keterampilan esensial, seperti:

1. Kecakapan Digital: Memahami platform digital dan memanfaatkan alat analitik untuk mengukur kinerja konten.

Bela Negara: Komitmen Tanpa Batas untuk Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Bangsa Wawancara Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan

2. Produksi Multimedia: Menguasai pembuatan video, podcast, atau infografis untuk memenuhi permintaan konten visual yang terus meningkat.

3. SEO dan Pemasaran Konten: Menulis dengan memperhatikan optimasi mesin pencari dan memahami strategi pemasaran berbasis data.

4. Adaptasi AI: Menggunakan teknologi AI untuk riset, penyuntingan, atau bahkan pembuatan konten secara lebih efisien.

Langkah Transformasi

Prediksi Hoffman tentang punahnya pekerjaan tradisional adalah panggilan untuk berubah, bukan menyerah. Wartawan Indonesia harus berani keluar dari zona nyaman dan menjelajahi peluang di gig economy.

Bagaimana caranya? Mulailah dengan:

Belajar Secara Mandiri: Platform seperti Grow with Google dan General Assembly menawarkan kursus mandiri untuk mengasah keterampilan baru.

Jaringan Baru: Bangun hubungan dengan profesional lain melalui LinkedIn atau acara jaringan lokal untuk menemukan peluang kerja.

Bangun Merek Pribadi: Gunakan media sosial untuk menunjukkan kemampuan, pencapaian, dan gaya unik Anda sebagai seorang jurnalis.

"Revolusi gig economy lebih besar dari yang kita bayangkan," kata Hoffman. Meski tantangan berat menanti, peluang pun terbentang luas bagi mereka yang siap beradaptasi.

Para wartawan dan pekerja media di Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan masa depan yang lebih fleksibel, beragam, dan menjanjikan.

Ingat, perubahan adalah pintu menuju peluang, dan wartawan yang siap berubah akan terus menjadi suara penting di tengah dunia yang terus berkembang.

Wartawan cerdas harus mau dan siap terus berubah. Kecuali sampeyan rela ditinggal oleh arus zaman yang bergerak ke depan.

*Ndoro Kakung, asal Yogyakarta ini memiliki nama asli Wicaksono, lebih dikenal dengan nama @ndorokakung di jagat maya. Lulusan Fisipol Jurusan Ilmu Komunikasi UGM ini, merupakan mantan jurnalis di sejumah media cetak nasional. Saat ini, Ndoro Kakung aktif mengisi kegiatan pelatihan media sosial, seperti training dan coaching di berbagai tempat.

(Sumber: FB: ndorokakungwicaksono)