Demokrasi: Dari Athena Kuno hingga Tantangan Modern – Sejarah dan Perkembangan yang Membentuk Dunia

Demokrasi Athena
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Demokrasi, sebuah konsep yang sering kita dengar dan nikmati saat ini, telah melalui perjalanan panjang yang penuh dinamika dan perubahan. Dimulai dari peradaban Yunani Kuno, tepatnya di kota Athena, sistem ini membawa angin segar bagi kebebasan dan kesetaraan di dunia. Namun, bagaimana perjalanan demokrasi dari masa lalu hingga saat ini? Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan ideologi ini di dunia modern? Artikel ini akan mengulas sejarah demokrasi dari awal kemunculannya hingga tantangan yang dihadapinya di era kontemporer.

Mengapa Ketimpangan Ekonomi Menghancurkan Demokrasi? Perspektif John Rawls

Asal Mula Demokrasi di Athena Kuno

Demokrasi pertama kali digulirkan oleh Kleisthenes di Athena pada abad ke-6 SM. Sebelumnya, Athena dipimpin oleh sistem oligarki, di mana hanya segelintir orang kaya yang dapat mengatur negara. Namun, Kleisthenes berkeinginan untuk melibatkan lebih banyak warga negara dalam pemerintahan. Ia memperkenalkan sistem demokrasi langsung, yang memungkinkan setiap warga Athena yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik.

Mengapa Demokrasi Gagal? Refleksi Filosofis John Rawls dan Teori Keadilan yang Terabaikan

Di Athena, demokrasi berarti setiap warga negara laki-laki yang bebas memiliki hak untuk berbicara dan memilih di eklesia (majelis rakyat) dan bahkan berpartisipasi dalam juri pengadilan. Hal ini memungkinkan mereka untuk turut serta dalam pembuatan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari, meski sistem ini tidak melibatkan wanita, budak, atau warga non-Yunani.

Namun, meskipun gagasan demokrasi ini menjadi landasan bagi banyak pemerintahan modern, ada kekurangan yang tidak bisa dihindari. Demikian pula dengan kekhawatiran Socrates dan Plato tentang potensi kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh demokrasi langsung yang tidak terkendali. Socrates berpendapat bahwa demokrasi membuka jalan bagi demagog (pemimpin populis) yang dapat memanipulasi massa demi keuntungan pribadi.

Kebenaran di Ujung Racun: Bagaimana Socrates Membela Kebebasan Berpikir Hingga Akhir Hayatnya

Perkembangan Demokrasi Menuju Era Modern

Demokrasi di dunia Barat terus berkembang melalui berbagai peristiwa sejarah. Pada abad ke-17 dan ke-18, terutama melalui revolusi-revolusi besar seperti Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Prancis (1789), ide demokrasi modern mulai terbentuk. Konsep seperti kebebasan individu, hak asasi manusia, dan pemilihan umum mulai mendapatkan tempat penting dalam sistem pemerintahan.

Revolusi Amerika, dengan Deklarasi Kemerdekaan yang menekankan hak setiap individu untuk hidup, bebas, dan mengejar kebahagiaan, menjadi acuan utama bagi demokrasi modern. Pendirian sistem pemerintahan republik dengan pemilihan umum dan pembatasan kekuasaan melalui konstitusi menjadi model bagi banyak negara di seluruh dunia.

Sementara itu, di Eropa, Revolusi Prancis membawa perubahan besar dengan menumbangkan monarki absolut dan menggantikannya dengan republik yang menegakkan prinsip "liberté, égalité, fraternité" (kebebasan, kesetaraan, persaudaraan). Demokrasi yang tadinya eksklusif kini mulai bersifat inklusif, mengutamakan hak-hak rakyat dalam mengambil keputusan politik.

Tantangan Demokrasi di Era Kontemporer

Demokrasi yang diterapkan dalam konteks dunia modern menghadapi berbagai tantangan serius. Di tengah kemajuan teknologi, penyebaran informasi melalui internet dan media sosial justru memunculkan fenomena baru yang disebut populisme. Fenomena ini terjadi ketika politik dipengaruhi oleh pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan jangka pendek dan menyederhanakan kompleksitas masalah untuk menarik perhatian massa.

Salah satu contoh nyata dari tantangan demokrasi modern adalah munculnya politik populisme di banyak negara. Pemimpin populis sering kali menggiring opini publik dengan retorika yang memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat terhadap elit politik yang sudah ada. Di negara-negara Barat, misalnya, Donald Trump di Amerika Serikat dan Boris Johnson di Inggris memperoleh popularitas dengan menyuarakan janji-janji yang langsung menyentuh perasaan rakyat, meskipun tanpa mempertimbangkan solusi jangka panjang.

Selain itu, krisis kepercayaan terhadap institusi demokrasi juga semakin terasa. Partisipasi dalam pemilihan umum semakin menurun, sementara banyak negara menghadapi masalah korupsi dan ketidaksetaraan ekonomi yang semakin lebar. Demokrasi, yang dulu diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi semua, kini semakin diwarnai oleh pertentangan politik yang tajam antara kelompok-kelompok masyarakat.

Apakah Demokrasi Masih Relevan?

Melihat perjalanan panjang demokrasi dari zaman Athena Kuno hingga era modern, kita bisa menarik satu kesimpulan: demokrasi selalu berkembang seiring dengan perubahan zaman. Walaupun banyak tantangan yang dihadapi, demokrasi tetap menjadi sistem yang memberikan suara kepada rakyat dan mengutamakan kebebasan serta kesetaraan. Namun, di dunia yang semakin kompleks, tantangan besar akan terus ada. Demokrasi harus terus beradaptasi agar tetap relevan, memajukan kesejahteraan, dan memastikan hak-hak asasi manusia tetap terlindungi.