Perdebatan Abadi: Pandangan Aristoteles dan Ibnu Sina tentang Jiwa dan Kebahagiaan
Selasa, 19 November 2024 - 10:00 WIB
Sumber :
- Handoko/Istimewa
- Jiwa Jasmaniah: Berhubungan dengan kebutuhan fisik manusia.
- Jiwa Rasional: Sama seperti Aristoteles, memungkinkan manusia untuk berpikir logis dan memahami realitas.
- Jiwa Spiritual: Elemen unik yang menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Bagi Ibnu Sina, kebahagiaan sejati tidak hanya bergantung pada kebajikan moral, tetapi juga pada hubungan manusia dengan Tuhan. Ia berpendapat bahwa jiwa manusia memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat melalui pengetahuan dan cinta kepada Tuhan.
Persamaan dan Perbedaan antara Aristoteles dan Ibnu Sina
Baca Juga :
Dilema Athena: Pengadilan Socrates dan Pertanyaan tentang Kebebasan Berpikir di Dunia Kuno
Persamaan:
- Keduanya sepakat bahwa jiwa adalah esensi kehidupan dan pusat dari keberadaan manusia.
- Keduanya menganggap kebahagiaan sebagai tujuan akhir kehidupan manusia.
- Pentingnya kebajikan moral dalam mencapai kebahagiaan.
Perbedaan:
- Aristoteles menekankan kebahagiaan duniawi yang dicapai melalui tindakan moral dan logika, sementara Ibnu Sina menambahkan dimensi spiritual yang mengarah pada kebahagiaan abadi di akhirat.
- Bagi Aristoteles, jiwa rasional adalah yang tertinggi, sedangkan Ibnu Sina melihat jiwa spiritual sebagai puncak eksistensi manusia.
Halaman Selanjutnya
Relevansi Pemikiran Mereka di Era Modern