Kisah: Raden Wijaya dan Pasukan Mongol Kubilai Khan Menggulingkan Prabu Jayakatwang
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Pada akhir abad ke-13, Jawa menjadi pusat pertempuran antara kekuasaan lokal dan kekuatan asing yang mencoba menancapkan pengaruhnya di Asia Tenggara. Singhasari, di bawah pemerintahan Raja Kertanegara, telah berkembang menjadi kerajaan yang kuat dan berpengaruh. Namun, kekuatan ini juga menghadirkan ancaman bagi kekaisaran Yuan yang diperintah oleh Kubilai Khan di Tiongkok. Kertanegara menolak tunduk kepada kekaisaran Yuan dengan menganiaya Meng Qi, seorang utusan Kubilai Khan. Aksi penghinaan ini memicu kemarahan Kubilai Khan, yang memutuskan untuk mengirim ekspedisi militer besar ke Jawa.
Pada saat yang sama, Prabu Jayakatwang dari Kediri mengambil kesempatan untuk menggulingkan Singhasari. Ia menyerang dari sisi utara dengan dukungan pengikutnya, dan dalam waktu singkat, ia berhasil mengalahkan pasukan Singhasari. Dalam serangan ini, Kertanegara gugur, sementara menantunya, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri dan menyusun rencana balas dendam. Ketika tentara Yuan tiba di Jawa pada tahun 1293 untuk menuntut balas, Raden Wijaya melihat peluang ini sebagai kesempatan untuk menggulingkan Jayakatwang dan mengklaim kekuasaan.
Strategi Aliansi Wijaya dengan Pasukan Yuan
Raden Wijaya yang cerdik memanfaatkan situasi dengan menawarkan aliansi kepada tentara Yuan. Dengan licik, ia berhasil meyakinkan Shi-bi, Ike Mese, dan Gao Xing, para jenderal yang memimpin ekspedisi Yuan, untuk membantunya menggulingkan Jayakatwang. Strategi Wijaya sangat sederhana tetapi efektif. Ia berpura-pura menjadi sekutu setia tentara Yuan, bersedia mengakui kekuasaan Kubilai Khan, serta akan memberikan upeti setelah pertempuran selesai.
Pada April 1293, gabungan kekuatan antara pasukan Yuan dan Majapahit menyerang Daha, ibu kota Kediri. Jayakatwang dan pasukannya berjuang keras, tetapi pertempuran ini berakhir dengan kekalahan Kediri. Jayakatwang ditangkap dan dijadikan tawanan oleh pasukan Yuan, serta beberapa keluarganya turut ditawan. Ini adalah titik balik dalam sejarah, yang memungkinkan Wijaya mengendalikan situasi dan memanfaatkan posisi strategis yang ia bangun.
Pengkhianatan Wijaya dan Penarikan Pasukan Yuan
Setelah kemenangan atas Kediri, Raden Wijaya mulai melancarkan rencananya yang sebenarnya. Dengan licik, ia meyakinkan para jenderal Yuan bahwa ia perlu waktu untuk mengumpulkan upeti dan menyelesaikan beberapa urusan internal. Namun, di balik niat tersebut, ia mempersiapkan serangan mendadak. Tentara Yuan, yang tidak siap untuk serangan ini, mengalami kekalahan besar, dan banyak yang tewas dalam pertempuran. Sisanya terpaksa mundur ke kapal mereka dan meninggalkan Jawa tanpa mencapai tujuan mereka.
Kemenangan ini bukan hanya menunjukkan kecerdikan Raden Wijaya tetapi juga menandai awal berdirinya Majapahit. Dengan kemenangan ini, Wijaya mendeklarasikan dirinya sebagai raja pertama Majapahit, dan pada tahun 1293, berdirilah Majapahit sebagai salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara.
Pengaruh Aliansi dan Dampak Sejarah
Aliansi antara Raden Wijaya dan pasukan Yuan menunjukkan bahwa diplomasi, kecerdikan, dan strategi militer dapat digunakan secara efektif dalam menghadapi ancaman besar. Majapahit yang lahir dari konflik ini kelak menjadi kerajaan yang sangat berpengaruh, bahkan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada. Peristiwa ini juga menjadi salah satu contoh paling terkenal dalam sejarah Nusantara, di mana taktik dan diplomasi berhasil memenangkan pertempuran melawan kekuatan asing yang sangat besar.