Kutukan Raja Tutankhamun: Fakta atau Mitos yang Memukau Dunia?
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Pada tahun 1922, ketika Howard Carter dan timnya menemukan makam Raja Tutankhamun yang hampir utuh di Lembah Para Raja, dunia diguncang oleh penemuan arkeologi terbesar abad ini. Namun, tak lama setelah pembukaan makam, kabar tentang "kutukan Firaun" mulai menyebar. Mitos ini mengatakan bahwa siapa pun yang mengganggu makam Raja Tut akan menemui kematian yang mengerikan. Apakah kutukan ini benar-benar nyata, atau hanya sekadar mitos yang memukau dunia?
Kematian Lord Carnarvon: Awal Mula Kutukan
Kutukan ini pertama kali mendapat perhatian besar setelah Lord Carnarvon, sponsor utama ekspedisi Carter, meninggal dunia beberapa bulan setelah pembukaan makam. Carnarvon meninggal karena infeksi akibat gigitan nyamuk, tetapi media sensasional pada masa itu mulai mengaitkannya dengan kutukan Firaun. Laporan media, terutama dari surat kabar-surat kabar Inggris, menambahkan bumbu cerita bahwa sebuah prasasti yang berbunyi "kematian akan menghampiri mereka yang mengganggu kedamaian raja" ditemukan di dalam makam, meskipun hingga kini tidak ada bukti bahwa prasasti tersebut benar-benar ada.
Kematian Lain yang Dikaitkan dengan Kutukan
Selain Carnarvon, ada beberapa kematian lain yang dikaitkan dengan "kutukan." Arthur Mace, anggota tim arkeolog, meninggal tak lama setelah penemuan makam, dan ahli radiologi yang memeriksa mumi Raja Tutankhamun, Sir Archibald Douglas Reid, juga mengalami kematian mendadak. Meskipun demikian, banyak dari kematian ini dapat dijelaskan secara ilmiah. Sebagian besar ahli percaya bahwa kematian-kematian ini lebih berkaitan dengan usia lanjut, penyakit, atau infeksi, daripada kutukan supernatural.
Penjelasan Ilmiah: Jamur Beracun atau Bakteri?
Salah satu teori ilmiah yang muncul adalah bahwa beberapa kematian mungkin disebabkan oleh paparan jamur beracun atau bakteri yang ditemukan di dalam makam yang sudah tertutup selama ribuan tahun. Jamur seperti Aspergillus diketahui tumbuh subur di lingkungan yang lembap dan gelap seperti makam, dan menghirup spora jamur ini dalam jumlah besar dapat menyebabkan infeksi serius. Meskipun penjelasan ini lebih masuk akal, tidak ada bukti definitif yang menghubungkan jamur dengan kematian yang terjadi setelah penemuan makam.