Machiavelli: Ahli Politik Licik atau Jenius Visioner?
- Image Creator Bing/Handoko
Namun, pada saat yang sama, survei yang dilakukan oleh Gallup pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 78% orang menganggap pemimpin yang transparan dan jujur lebih dapat dipercaya dan akan memiliki legitimasi yang lebih kuat. Ini mencerminkan adanya ketegangan antara cara Machiavellian dalam mencapai kekuasaan dengan ekspektasi publik modern yang menginginkan pemimpin dengan moralitas yang lebih tinggi.
Machiavelli sebagai Jenius Visioner
Meskipun banyak kritik yang menyebut Machiavelli sebagai ahli politik licik, banyak juga yang menganggapnya sebagai jenius visioner. Dalam Il Principe, Machiavelli menulis tentang virtù dan fortuna, dua elemen penting dalam kepemimpinan. Virtù, dalam konteks Machiavelli, bukanlah sekadar kebajikan moral, tetapi kemampuan penguasa untuk beradaptasi dengan situasi, menggunakan kecerdikan, dan mengambil tindakan yang tepat pada saat yang tepat. Sementara itu, fortuna merujuk pada faktor keberuntungan, sesuatu yang berada di luar kendali penguasa tetapi harus dimanfaatkan ketika kesempatan muncul.
Kombinasi antara virtù dan fortuna inilah yang menurut Machiavelli membedakan penguasa yang sukses dari yang gagal. Pemimpin yang hebat adalah mereka yang bisa mengendalikan nasib mereka sendiri dengan memanfaatkan peluang yang diberikan oleh fortuna, serta memiliki virtù untuk bertindak secara efektif. Ini bukan soal menjadi licik, tetapi lebih kepada menjadi cerdas dan adaptif dalam menghadapi tantangan yang selalu berubah.
Apakah Machiavelli Tetap Relevan?
Di era modern, pemikiran Machiavelli masih sering dijadikan acuan, terutama dalam dunia politik dan bisnis. Banyak CEO dan pemimpin politik menggunakan strategi yang sejalan dengan nasihat-nasihat Machiavelli untuk mempertahankan posisi mereka di puncak. Elon Musk, misalnya, yang dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia, sering kali menggunakan taktik yang agresif dan kontroversial dalam bisnisnya, yang bisa dianggap sebagai penerapan dari pendekatan Machiavellian.
Di sisi lain, kita juga melihat pemimpin-pemimpin seperti Angela Merkel dari Jerman, yang memimpin selama lebih dari satu dekade dengan pendekatan yang lebih diplomatis dan kompromistis. Namun, bahkan dalam kepemimpinannya, unsur-unsur pragmatisme dan strategi yang dipengaruhi oleh pemikiran Machiavelli tetap terlihat jelas, terutama dalam kebijakan luar negeri Jerman yang selalu menyeimbangkan antara kepentingan nasional dan internasional.